Malam di Istana (1)

1.6K 198 34
                                    

"Loh, Mas, katanya misi penyamaran, kok kamu malah pake baju PDU?" tanya Sabila heran melihat suaminya keluar dari kamar.

"Yang lain nyamar, aku sih jadi diri sendiri aja. Dapet undangan ke istana emang." ujar Renner sombong, sambil merapikan dasinya.

Sabila mendengkus, ia sedang menyuapi Sheila. "Bilang aja kamu gantiin Pak Jeffry. Ya kan?"

Renner terkekeh. Istrinya memang paling tahu. "Iya. Kebetulan dia nggak bisa. Yaudahlah bagus daripada aku repot nyamar-nyamar nggak jelas."

Malam itu, ada perhelatan besar di Istana Negara. Pak Presiden menggelar gala dinner untuk para dubes demi menjalin diplomasi antar negara. Tim Densus 88 menerima kabar bahwa akan ada penyusup, seorang mata-mata dari Rusia yang akan menaruh alat sadap di lokasi sensitif istana negara.

Tapi berita ini masih kabar burung. Jadi dari pihak kepolisian tak bisa menugaskan resmi tim Densus 88 untuk bertindak. Renner, sebagai Kasubdit Kamnag, berinisiatif untuk menugaskan Tim Shadow agar bisa memantau situasi.

"Ayah pergi dulu ya." sahut Renner sambil mengambil putrinya yang kini sudah berumur 2 tahun dari high chair. Sheila tertawa senang digendong sang ayah. "Ayah, ati-ati!!" ujarnya sambil memeluk Renner.

"Makin pinter ngomong ya, anak ayah!" ucap Renner sambil mengecup kepala Sheila.

Sementara itu, Sabila menengok kanan-kiri, tak menemukan putranya. "Mas Al...!" panggilnya.

Setelah makan malam, Al memang ia bebaskan untuk bermain.

Al lalu berlari menghampiri orang tuanya. Di kepalanya, topi polisi Renner yang ia pakai, jelas tenggelam karena kebesaran. "Ayaaaaah jangan pergi!" serunya. Al paling benci jika ayahnya tugas di malam hari. Sebab ia jadi tak bisa membacakan buku cerita untuk Al sebelum tidur.

"Nggak bisa, Al. Ayah harus kerja." sahut Sabila.

Renner berlutut, melepaskan Sheila dan mengambil topinya dari kepala Al. "Ayah kan tugas negara. Kalo tugas Mas Al apa?"

"Nurut sama Mama.." jawabnya pelan.

"Kalo enggak?"

"Kalo enggak ayah nggak main lagi sama Mas Al." jawabnya makin pelan. Wajahnya kecewa. Renner malah jadi gemas. "Kalo Mas Al pinter, besok Ayah bacain dua cerita sebelum tidur."

Sorot mata Al yang kecewa kembali berbinar. "Bener ya, Yah?? Cerita T-Rex..??" tanyanya lagi. Obsesi Al terhadap Dinosaurus belum pudar. "Iyaaa. Makanya nurut sama Mama, ya?" Al pun mengangguk.

Giliran Sabila kini yang menyalami suaminya. "Ati-ati, Mas. Jangan aneh-aneh." pesannya. Renner terkekeh, "Kapan aku pernah aneh? Ini Tim Shadow 2.0 sekarang." sahutnya sambil tersenyum manis. Ia lantas mengecup istrinya lembut dan pamit keluar.

⏳⏳⏳

Target mereka bernama Evelyn. Atau Eve. Itu juga hanya nama samaran. Tak ada yang tahu rupa sebenarnya seperti apa. Biarpun mata-mata Rusia, Evelyn bisa saja orang Asia, atau Afrika, atau Amerika. Eve hanya terdengar reputasinya saja: Sering menyusup ke acara kenegaraan demi menyadap dan mengambil informasi penting.

Malam itu, Renner dalam balutan PDU cokelat tuanya, berusaha berbaur dengan petinggi-petinggi negara lain. Hal yang tak terlalu suka ia lakukan, tapi demi misi ini, ia rela. Pak Jeffry cukup banyak berurusan dengan para dubes di Jakarta, sebab mereka sering meminta pengamanan khusus bilamana petinggi negara mereka datang. Rennerlah yang kali ini akan mengisi peran Pak Jeffry untuk berelasi bersama mereka.

Sementara itu, Iqbal menyamar sebagai salah satu asisten duta besar Malaysia, lengkap dengan setelan jas rapi dan ID lencana palsu yang menggantung di lehernya. Berkat misi suksesnya di Malaysia beberapa tahun silam, relasinya dengan pemerintah Malaysia jadi sangat baik.

Tim Shadow dan PerintilannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang