Lapangan yang tidak terlalu panas, segerombolan anak kecil laki-laki sudah bersiap bermain bola. Angin sepoi-sepoi melewati mereka, dahan pohon yang ikut menari karenanya.
Jia kini tengah berlarian ke arah lapangan untuk memberikan roti lapis dan air mineralnya. Kakinya sudah mendekati pagar pembatas, ia menetralkan nafasnya dengan membungkukkan badannya sementara.
Perlahan ia mendekati kursi yang biasanya jadi tempat istirahat mereka, ia menaruh rotinya saat semuanya sedang bermain. Kemudian, ia pergi dari lapangan untuk kembali les dan pulang ke rumah.
Keringat bercucuran sehingga membuat baju mereka semuanya basah, wajah yang serius membuat sedikit suasana menjadi tegang. Bola bergelinding dari satu kaki ke kaki yang lain, dengan lihai mereka mengoper bola kepada tim.
"Baiklah, kita istirahat sebentar" ucap salah satu dari mereka. Ketika jovian duduk ia tak sengaja melihat roti lapis dengan secarik kertas berwarna ungu serta air minum di sampingnya.
Dilihatnya kertas itu dan dia tersenyum lebar, "lihat!" Teriak jovian sambil mengangkat kertas itu dengan tinggi.
"Aku mendapatkan roti lapis dan air minum!" Sontak semuanya berkumpul karena penasaran.
"Apa itu benar untuk mu?, apa tertera nama di sana?" Tanya mereka karena ragu.
"Tidakkah kau lihat ini tulisan jessa?," ia menunjukkan kertas itu ke depan mata teman-temannya. Semuanya hanya melirik satu sama lain, jovian memutar bola matanya dan mendengus.
"Ini tulisan jessa, berarti ini untuk ku" protes jovian karena teman-temannya tidak pernah mempercayainya. Surya yang ikut bermain bola dengan jovian tidak menghiraukan hal itu.
"Mungkin saja untuk Surya, bukannya kau telah tau Jo?".
"Iya, mungkin saja untuk Surya".
"Jessa tidak mungkin memberikan sebotol minuman dan roti lapis untuk anak nakal seperti mu" setelah ucapan terakhir mereka tertawa terbahak-bahak.
Jovian mengerutkan keningnya dan mendengus kasar, "Ini benar untukku, lihatlah akan ku buktikan sendiri" Jovian berdiri menjauh dari teman-temannya dan memakannya sendiri.
"Kau ini, percaya diri sekali. Lihatlah dia teman-teman, dia selalu mengkhayal jika jessa menyukai dia" kata-kata itu membuat jovian memanas.
"Padahal sudah jelas jika jessa menyukai pria seperti Surya".
"Iya, Surya itu dewasa sebelum waktunya. Aku sebagai laki-laki pun mengagumi Surya".
Semuanya menertawakan kata-kata yang terlontar dari mulut mereka, Surya yang ada disana tidak menghiraukan. Dia tipikal anak yang tidak mau terlibat masalah dan juga tidak mau tahu masalah.
Seakan tidak terjadi apa-apa, mereka melanjutkan permainannya sampai matahari tenggelam. Sebelum mulai, jovian menatap jauh wajah surya. Seperti ada rasa tidak setuju terhadap kakaknya itu namun, ia menghormatinya dan masih menyayangi kakak tertuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...