10

17 3 0
                                    

Johan duduk sendirian di kantin, ia belum makan sesuap karena menunggu Jia kembali dari toilet. Kepala mengangguk-angguk seperti sedang mendengarkan musik.

Ia mengedarkan pandangannya pada sekeliling kantin yang di penuhi para murid. Tidak lama, Jia duduk disampingnya.

"Lama sekali" ucap Johan dengan wajah cemberutnya. Jia merasa tidak enak, ia meminta maaf pada Johan karena menunggunya lama.

"Baiklah, baiklah,"

"Aku tidak suka kau meminta maaf, cepat makan" Jia mengangguk, keduanya sama-sama menikmati makanan hari keempat ujian.

"Menurut mu, apa soal ujian tadi sulit?" Tanya Johan dengan mulut yang penuh. Jia sedikit berpikir, ia mengangkat bahunya sebentar.

"Jia," panggil Johan di sampingnya. Dengan cepat Jia menoleh kearah Johan.

"Jujurlah padaku, apa kau menyukai anak kelas 6B itu?, yang sering bermain bola di lapangan sore hari" pertanyaan Johan membuat jantung Jia berdegup kencang.

"Ma-maksudnya? Ti-tidak!!, a-aku tidak menyukai siapa-siapa!" Tegas Jia.

"Lihat, kau gugup, aku hanya bercanda" Johan tertawa. Jia yang kesal hanya bisa menyuapi makanannya masuk ke dalam mulut untuk menutupi kegugupannya.

Johan berhenti tertawa, "kalau gugup berarti ada" ucapnya. Mata Jia membulat, jantungnya berdegup lebih kencang. Terlihat dari samping Johan tersenyum ledek mengarah Jia.

"Ayo beritahu aku" paksanya dengan mengguncang lengan Jia. Jia yang malu langsung menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Ba-baiklah, akan aku beritahu jika sudah pulang sekolah" kemudian, Johan melepaskan tangannya dari lengan Jia. Keduanya melanjutkan makannya.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk meja mereka, Johan dan Jia menatap kearah orang tersebut. Pria ini memamerkan giginya, kantung matanya besar saat ia tersenyum.

"Boleh gabung? Aku tidak ada teman untuk makan bersama" ucap anak laki-laki itu.

Johan menatap Jia yang sedang menundukkan kepalanya, terlihat wajah Jia memerah. Johan kembali menatap pria itu, dan tersenyum manis.

"Tentu saja" jawabnya.

"Kau jovian samudra, bukan?" Jovian sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan Johan. Lalu, ia mengangguk membenarkan pertanyaan Johan.

"Aku Johan, Johan Patrio" Johan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dan disambut baik oleh jovian. Setelah melepas jabatan tangan mereka, Johan menyenggol lengan Jia.

Perlahan Jia mengangkat kepalanya, dan menatap mata jovian.

"Oh? Kau?" Ucap jovian sedikit heboh.

Johan mengernyitkan dahinya, "apa kau mengenalnya?" Tanya Johan kepada jovian.

"Iya, aku mengenalnya. Tapi, aku sedikit tidak ingat namanya" mata jovian mengarah ke kiri atas untuk mengingat nama perempuan yang ada di depannya ini.

"Namanya Jia" suara Johan membuat jovian menjentikkan jarinya.

"Iya, kau yang dulu belajar sepeda di lapangan bukan?" Tanyanya dengan nada semangat. Jia perlahan mengangguk. Jovian menelengkan kepalanya untuk melihat wajah Jia. Lalu, ia menatap Johan.

"Apa ia sedang sakit?" Tanya jovian.

Johan langsung melihat wajah Jia yang sangat merah sekarang, ia mengerjapkan matanya dan memegang kening Jia. Sontak Jia terkejut dan berdiri dengan cepat.

Jia berlari keluar kantin tanpa bicara sedikitpun dengan mereka berdua, Johan dan jovian saling menatap heran dengan mulut yang terbuka sedikit. Namun, Johan mengetahuinya jika Jia sedang salah tingkah karena jovian.

ANINTYA  (2007) [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang