"kita kedatangan dua murid baru, silahkan perkenalkan diri kalian" guru berperut buncit itu kembali ketempat duduknya. Ia membiarkan siswa dan siswi ini memperkenalkan dirinya sendiri.
"Perkenalkan saya Mario Aditya".
"Saya ratu, semoga kita bisa berteman" senyumannya begitu manis, suaranya juga lembut. Membuat murid-murid terpanah akan pesona mereka berdua. Kemudian, mereka dipersilahkan untuk duduk di bangku yang telah disiapkan.
"Karena ada tambahan murid, tugas kelompok kemarin akan saya tambahkan kepada kelompok jessa. Tidak ada perombakan, silahkan kerjakan tanpa keributan" semua murid membentuk kelompok dan saling bantu membantu untuk menyelesaikan tugas.
"Maaf jika kami berdua tidak terlalu bisa membantu" wanita berambut blonde itu meminta maaf secara tiba-tiba kepada mereka.
Jessa tersenyum dan menggenggam tangan ratu, "tidak masalah, kalian baru saja datang hari ini dan sudah diberikan tugas. Kamilah yang akan membantu kalian memahami teori kimia ini" jelasnya dengan lembut.
Johan menutup mulutnya dengan cepat, matanya melotot tak percaya. Sontak semuanya menatap Johan terheran-heran, "kenapa kau menatapku seperti itu?" Sinis jessa.
"Aku hanya tidak percaya bahwa kau bisa berperilaku lembut" tepat setelah mengatakan itu, kepala Johan dianugerahi pukulan kuat dari jessa. Jia dan dua anak baru terkejut, mereka sedikit khawatir dengan keadaan kepala Johan.
Tanpa aba-aba tangan Jia bergerak mengusap kepala Johan dengan lembut, matanya terlihat sangat cemas.
"Tolong, tolong jangan bersikap seperti ini. Kau seperti memberi ku kesempatan" hati Johan berbicara, namun pandangannya tak lepas dari Jia.
"Kau baik-baik saja, Johan?" Tanya Jia khawatir. Johan segera menyadarkan pikirannya. Ia berkata tidak apa-apa dan tidak menghiraukan kelakuan jessa tadi. Ia langsung berperilaku seperti tidak ada kejadian apapun, keempat temannya hanya menatap bingung.
Biasanya Johan akan membalasnya dengan omongan, tapi kali ini tidak. Jessa memegang kening Johan, kemudian memegang keningnya. Alisnya berkerut, mulutnya manyun ke depan.
"Apa kau salah makan tadi pagi?".
"Sudahlah, cepat selesaikan tugas. Kita tidak ada waktu lama, sebentar lagi istirahat" desak Johan. Semuanya bergerak mencari informasi tentang judul tugas tadi. Mata Johan terus-menerus melirik kearah Jia, ia selalu saja tidak bisa mengontrol perasaannya.
Waktu berlalu begitu cepat, entah karena tidak memikirkan waktu atau memikirkan hal lain yang membuat lupa akan kita punya waktu. Bell berbunyi, jessa mengajak ratu dan Jia segera kekantin, tetapi Jia menyuruh mereka duluan saja.
Ia berkata akan menyusul setelah berbicara kepada Johan, sedangkan Mario menunggu Johan didepan pintu kelas sambil menyapa beberapa siswi yang lewat di hadapannya.
"Ini untukmu, ini untuknya" Jia memberikan bekal dengan dua warna kain berbeda, itu membuat Johan penasaran.
"Kenapa warna ku biru tua dengan motif batik? Kenapa miliknya berwarna ungu yang cantik?" Protes johan, Jia tersenyum lebar.
"Bukannya kau suka warna seperti ini? Jangan marah jika tak sama, aku memberikan warna kesukaan mu" tangan Jia mengusap pelan rambut Johan, dengan cepat Johan memalingkan wajahnya.
"Iya, iya terimakasih" ia pergi dengan cepat meninggalkan Jia sendirian. Wajah Johan memerah, ia mengulum senyumnya disepanjang jalan.
"Lihatlah wajahmu" suara Mario membuat Johan terkejut.
"Kenapa? Ada apa dengan wajahku?" Johan bertanya aneh kepada Mario. Lantas Mario tertawa terbahak-bahak, sampai ia mengeluarkan air matanya. Johan terheran, ia menyeka air matanya setelah rasa geli nya menghilang.
"Apa kau menyukai Jia?".
"Aku?" Johan bertanya balik kepada Mario. Mario berdecak dan berkacak pinggang.
"Aku melihat wajahmu memerah setelah Jia mengusap kepalamu tadi" tangan Mario bergerak mencontohkan kejadian antara Jia dan Johan tadi.
Johan tak menjawab, ia meninggalkan Mario dan pergi kekantin. Lalu pergi bertanding bola setelah istirahat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...