Detak jam berbunyi menggema di sekeliling ruangan, sunyi nya ruangan hanya terdengar suara pena dan pensil menari-nari diatas kertas.
Jantung yang berdebar serta keringat dingin bercucuran di pelipis mereka. Jari tangan yang yang sibuk mengetuk-ngetuk meja, banyak mata yang saling menatap secara sembunyi-sembunyi.
"Jovian, ini peringatan terakhir untuk kamu!" tegur guru dengan tatapan tajam yang memakai kacamata kucing berwarna hitam bercampur merah tua. Bibirnya merah merona serta sanggul nya yang begitu tinggi.
Jovian langsung terdiam, matanya menunduk kearah kertas yang sedikit terisi tinta pena nya. Berulang kali ia menggigit bibir bawahnya, matanya masih tidak diam. Ia berusaha berbisik kearah samping kanan dan kirinya, agar diberikan temannya contekan.
Waktu hampir berakhir dan jovian masih merenungi kertas kosong nya itu. Tidak terlalu kosong ada beberapa kata yang ia tulis. Namun, tidak sesuai jawaban. Kakinya terus bergetar cepat, ia menggigit jari-jarinya.
Waktu pun selesai, semua murid beranjak dari kursi untuk mengumpulkan kertas jawaban keatas meja guru. Jovian sedikit cemas, melihat semua orang bisa mengumpulkan kertas tanpa raut wajah yang khawatir.
Jovian pun perlahan maju untuk mengumpulkan kertas jawabannya, tangan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pamerkan giginya saat berhadapan dengan guru.
"Tidak ada yang berubah dari kamu, jovian" guru itu menggelengkan kepalanya sambil sedikit berdecak. Jovian yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, merasa tidak bersalah sama sekali.
Saat ia ingin duduk di bangku, sebuah tangan memegang bahunya dari samping. Ia perlahan menoleh dan melihat ke orang tersebut, ternyata tangan kakaknya yang memegang bahunya dengan tatapan dingin seperti biasa.
"Kenapa kau ulangi lagi hal yang sama saat ujian?" Tanyanya tiba-tiba.
"Karena aku tidak tahu jawabannya" jawab jujur jovian.
Surya berdecak dan bola matanya memutar malas, "apa kau tidak belajar?" Suara Surya sedikit ditekan karena ia tidak mau orang-orang sekitar mendengar mereka.
"Aku belajar" jawabnya lagi.
"Kalau kau belajar, kau tidak akan tidak bisa menjawab pertanyaan soal ujian ini. Kalau kau belajar, kenapa kau mencontek terus-menerus?".
"Kau ini sibuk saja dengan urusan diriku," jovian memutar badannya untuk pergi.
Lalu, Ia membalikkan tubuhnya mendekati Surya, "Kau tidak perlu mengoceh disini, kau tinggal hukum saja aku di rumah nanti,"
"Sudahlah, aku malas jika harus berdebat dengan seorang yang selalu sok" sambungnya sebelum pergi ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...