"ini terakhir kalinya saya peringatkan pada mu, jovian. Tidak ada lagi Surya yang akan menjadi wali mu, walaupun kalian satu kelas dan satu keluarga. Saya ingin, ibu mu atau ayahmu yang datang ke ruang konseling ini. Biar orang tua mu tahu akan kelakuan mu selama di sekolah. Kau tidak malu? Lihatlah Surya, dia menjadi pemimpin disekolah ini. Dia menjadi permata dan harapan sekolah ini. Sedangkan kau? Kau hanya tidur dikelas, berada di kantin saat jam pelajaran, tugas rumah tidak kau kumpulkan. Lebih parah lagi ujian mu semuanya nol, apa yang harus dibanggakan darimu?" Guru itu menarik nafasnya.
"Keluar, kembalilah ke kelas" jovian langsung melenggang pergi dari ruang konseling tersebut, sedangkan Surya dia berpamitan lalu menyusul jovian.
Hati jovian sudah kebal akan caci maki yang dilemparkan oleh banyak guru, seperti halnya tadi. Guru memang banyak menghardiknya dengan membandingkan dirinya dengan saudaranya sendiri.
"Jovian!" Teriak Surya di lorong kelas. Jovian berhenti dan menoleh malas ke arah Surya.
Bukkh!.
Satu pukulan tepat di rahang jovian, dirinya terduduk dilantai. Sungguh kuat pukulan Surya membuat bibirnya mengeluarkan darah, Surya menarik kerah baju jovian sehingga dirinya berdiri di hadapan Surya.
Matanya melotot, rahangnya tegang, wajahnya juga memerah. Surya menatap tajam ke arah jovian, "kau tidak pernah puas?! Kau selalu saja menyulitkan ku! Dan sekarang kau ingin menyulitkan ibu juga?!".
"Aku tidak pernah menyuruh mu untuk terlibat hal ini" jovian begitu santai menjawab amukan Surya.
Jovian berusaha melepaskan tangan Surya dari kerah bajunya, setelah terlepas ia membenarkan pakaian untuk rapi kembali.
"Sudahlah tidak usah ikut campur, sebentar lagi juga akan lulus. Anggap saja aku tidak ada" ia membalikkan badannya dan berjalan santai mengarah kelasnya untuk mengambil tas dan pulang ke rumah. Mereka berdua di panggil ke ruang konseling saat jam pulang sekolah, agar tidak menggangu pelajaran.
Langkah kaki jovian mengarah kelapangan, ia duduk di bawah pohon rindang. Menaruh tasnya sebagai bantal dan menidurkan badannya menghadap langit cerah. Sejak pertengkarannya dengan Surya ia tidak langsung pulang kerumahnya karena tidak ingin berpapasan dengan ibunya ataupun Surya. Ia pulang pukul 6 malam, makan malam setelah semua saudaranya makan. Kemudian, ia tidur. Terus berulang seperti itu.
Jovian terkejut saat mendengar suara decitan bus, ia terbangun cepat. Matanya memicing mencari dimana arah suara tersebut, lantas ia mendekat dengan cepat tatkala melihat perempuan yang ia kenal tertabrak.
"Kenapa anda melangkah saat bus datang?! Kalau begini siapa yang harus bertanggung jawab?!" Terdengar suara frustasi dari supir bus.
"Hei, apa kau temannya? Bawalah dia dan obati, aku tidak bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dasar murid sekolah, kau gila? Kau ingin uang dari ku?!" Suara supir bus itu semakin meninggi saat Jia meminta maaf berkali-kali.
"Maafkan saya, ini salah saya tidak melihat jalan" Jia terus meminta maaf walaupun ia sedang terluka di bagian kakinya.
"Apakah ini cara anda menyelesaikan masalah?, kau harus membantunya terdahulu,"
"Kalau kesalahan dia dan dia terluka atas perbuatannya sendiri, lebih baik anda abaikan saja dia. Sepertinya bus anda juga tidak terlihat lecet saat menabraknya, kenapa anda harus berbicara dengan nada tinggi kepada perempuan?" Tegas jovian kepada sopir bus itu. Sopir bus itu tidak terima dibentak oleh anak kecil seperti jovian, Jia ketakutan karena sopir bus itu sangat menantang jovian.
Jovian tersenyum miring, "kau ingin memukul ku? Pukul saja. Kenapa harus kau tahan".
Setelah mengatakan itu sopir bus tersebut memukul jovian dengan sekuat tenaga, nafasnya terengah-engah. Dengan setengah amarah ia kembali kedalam bus dan pergi meninggalkan dua remaja itu di trotoar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...