11

14 2 0
                                    

Disinilah Jia dan Johan berada, berdiri Memegang raport di depan kelas. Senyum bangga yang di tampilkan para banyak orang tua dan anaknya. Setelah pengumuman hasil, para murid membubarkan diri dan menghampiri orangtuanya masing-masing.

Jia hanya duduk termenung melihat orang sekitar sedang berbahagia bersama keduanya orang tua mereka, ia hanya menundukkan pandangannya. Menahan rasa sedih yang ada di dalam hatinya.

"Jia," panggil ibu Johan sambil mendekati Jia. Ibu Johan memeluk Jia sebentar dan melihat kedua mata Jia dengan tersenyum, dengan lihai tangannya menyalip beberapa helaian rambut Jia ke belakang telinga.

"ibu bangga sama kamu, kamu tetap peringkat pertama sejak kelas satu. Ibu harap kamu tetap mempertahankannya, tapi jangan di paksakan. Ibu tau, setelah ini kamu dan Johan akan menerima pelajaran yang lebih sulit lagi" terang ibu Johan.

Johan hanya tersenyum mendengarkan ibunya, "menangis lah, tidak perlu kau tahan begitu jia" saran Johan.

Kemudian, Jia memeluk ibu Johan dan menangis tanpa bersuara. Johan tersenyum simpul, tangannya memeluk erat raport yang berada di depan dadanya.

Ibu Johan terus mengelus kepala Jia agar Jia merasa tenang, Jia menarik diri dan menghapus air matanya.

"Terimakasih" ucap Jia.

Johan dan ibunya mengangguk, Johan mengeluarkan tissue dari dalam tasnya. Di berikan nya kepada Jia, Jia menatap sebentar tissue tersebut dan menerimanya dengan tatapan sendu.

"Baiklah, sesi tangisannya sudah selesai. Sekarang kita pulang dan makan siang, nanti malam ibu akan masak sop daging sapi untuk anak-anak ibu yang pintar"  ibu Johan tersenyum lebar seraya mengelus kedua pundak mereka.

Johan mengangguk cepat tanda menyetujui ucapan ibunya itu, "masak yang banyak ibu, soalnya kalau Jia makan bisa hampir 3 mangkuk" diiringi dengan tawa khasnya.

Jia hanya tersenyum menanggapi lelucon Johan, ketiganya pulang sambil berjalan kaki. Di tengah perjalanan pulang yang penuh tawa karena lelucon Johan, Jia terdiam setelah melihat seorang anak laki-laki yang ia kagumi sedang berjalan pulang bersama anak perempuan cantik di sampingnya.

Perempuan itu sepertinya bukan satu sekolah dengan jovian dan juga mereka, ia memakai baju seragam yang berbeda dan juga gayanya terlihat jauh berbeda dengan mereka.

Johan yang menyadari itu langsung saja mengapit pundak Jia dengan lengannya. Di rangkul nya jia, bergegas membawanya pergi dari apa yang wanita ini lihat

"Ayo cepat,"

"Ibu!! Tunggu kami!" Teriak Johan karena tertinggal langkah ibunya.

ANINTYA  (2007) [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang