19

13 1 0
                                    

Surya menuruni anak tangga dengan berpakaian rapi, setiap Sabtu dia selalu pergi ke sekolah untuk rapat OSIS. Jam menunjukkan pukul 02.35 dini hari, ia memakai sepatu sport nya berwana biru yang sedikit gelap.

"Surya" suara lembut sang ibu memanggil namanya, ia menoleh dan menghampiri ibunya.

"Bekalnya kamu lupa, kamu kalau sudah rapat pasti lupa untuk makan" ibunya berucap diiringi tawa kecil.

Surya tersenyum dan mengecup pipi sang ibu, "terimakasih ibu" kemudian ia berpamitan untuk segera berangkat.

Surya duduk di terminal sambil menatap ke depan, sesekali ia menundukkan kepalanya karena sedikit mengantuk. Tepat saat bus datang, ia terjatuh karena terdorong orang dari belakangnya. Surya langsung berdiri dan membersihkan pakaiannya, ia menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang menabraknya.

"Ma-maaf, a-aku tidak sengaja" bibirnya bergetar, ucapannya juga gagap. Wanita berambut hitam panjang dan lurus itu berwajah pucat basi.

Surya tersenyum simpul lalu naik kedalam bus, begitu juga dengan wanita tadi. Surya Memilih untuk duduk di sudut belakang dekat dengan jendela, selain merasakan dinginnya angin sepoi-sepoi, ia juga tidak terlalu suka duduk di tengah ataupun di depan karena banyaknya orang.

perlahan memejamkan matanya sebentar sebelum sampai ke terminal sekolah, bulu matanya yang lentik itu sangat indah terkena cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Suara decitan bus terdengar keras bertanda bus telah sampai di terminal sekolah.

Langkah kaki Surya begitu santai memasuki sekolah, aroma sekolah begitu khas di penciuman dirinya.

Suasana yang tadinya berisik menjadi tenang setelah Surya memasuki ruangan OSIS. Surya menetralkan suaranya, "selamat siang, terimakasih telah datang untuk rapat OSIS kali ini. Kita bisa langsung ke intinya, karena kakak kelas kita akan melakukan perpisahan. Kita diberikan kesempatan untuk melakukan kreasi dan kegiatan apa saja untuk mengenang perpisahan mereka".

"Bagaimana dengan acara perpaduan suara, menyanyikan lagu untuk mereka?"

"Untuk hal ini pasti dibutuhkan anak-anak tata boga, karena kita butuh asupan selama acara".

"Bagaimana dengan acara pertandingan bola atau basket?" banyak suara yang mengajukan suatu kegiatan. Surya hanya mengangguk-angguk kepalanya mendengar semua ajuan mereka.

Ia berpikir sejenak, "bagaimana kalau setiap bidang mempunyai satu kegiatan mereka?" Tanyanya balik.

Tak perlu berpikir lagi, semuanya langsung menyetujui apa yang Surya katakan. Selama rapat, tidak hanya membahas tentang perpisahan kakak tingkat mereka. Tetapi juga membahas tentang sekolah dan kemajuan apa lagi yang harus dilakukan OSIS untuk sekolah ini.

Pembahasan telah berjalan selama 1 jam lamanya, mereka pun di persilahkan bubar oleh Surya. Surya begitu ramah dengan para anggotanya, dia benar-benar bertindak tegas sebagai ketua. Tidak heran banyak yang kagum dengan dirinya.

Saat berjalan keluar terdengar suara teriakan heboh dari lapangan belakang, sedikit penasaran Surya pergi kearah suara tersebut.

"BERIKAN PADA JOHAN!".

"AYO RIO! LEBIH CEPAT LAGI!".

"HEI, JOVIAN! HATI-HATI!".

jovian terduduk lemas di lapangan, bajunya basah oleh keringat. Rambutnya juga basah seperti orang yang habis mandi, "pelatih" panggil nya.

"Bisakah kita istirahat sebentar? Ini sungguh lebih dari kita yang biasanya latihan" ucapnya terengah-engah, pelatih menggigit bibir bawahnya. Ia seperti berpikir sebentar, lantas ia berdecak setuju.

"Baiklah, kalian semua istirahat. Saya tidak mau murid saya kelelahan,"

"ISTIRAHAT 15 MENIT SEMUANYA!" teriakan pelatih yang begitu lantang membuat para pemain duduk dengan nafas yang tersengal-sengal.

Johan memberikan bekal seperti biasa Jia titipkan, tapi Johan tidak pernah memberitahu kepada jovian.

"Kau selalu saja memberikan aku ini, beritahu aku cepat" ia sedikit memaksa Johan. Johan hanya tertawa renyah.

"Bagaimana bisa aku beritahu, ini kan pengagum rahasia mu. Jika ku beritahu, maka tidak ada kata rahasia lagi. Tapi, pengagum nyata" jelas Johan.

Jovian menghela nafasnya, ia menjadi sungkan untuk makan roti pemberian Johan tadi.

"Tapi ini sudah berjalan sangat lama saat aku kelas 6 SD, aku dulu mengira nya ini jessa. Tapi, nyatanya bukan" keluh jovian dengan menggigit roti dengan tidak niat.

Johan terkejut, ternyata selama ini jovian mengira jessa sang wanita sinis telah memberikan roti lapis dan sebotol air mineral kepadanya. Ia tertawa terbahak-bahak, "kau? Kau mengira jessa?" Ia lanjut tertawa lebih kencang.

"Kau kenapa malah tertawa? Mengejek ku?".

"Kau ini lucu sekali, kau memang manusia paling percaya diri. Bagaimana bisa seseorang yang sangat membencimu memberikan roti lapis dan air mineral?".

"Mungkin saja itu hanya untuk menutupi perasaannya. Maksud ku, ia memberikan ini disaat aku tidak tahu siapa dia dan saat di sekolah dia berpura-pura membenciku agar tidak terlalu terlihat jika ia menyukaiku" mata jovian berbinar-binar saat menjelaskan teori yang ia pikirkan tentang roti lapis ini.

Dari ujung lapangan, wajah datar Surya tidak sama sekali menggambarkan perasaan yang sebenarnya. Kemudian, ia meninggalkan lapangan dan pulang ke rumah.

ANINTYA  (2007) [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang