35

10 2 0
                                    

saat ini jia duduk termenung di bangku lapangan dengan mengenakan pakaian sekolah nya, ia memejamkan matanya untuk merasakan angin lembut yang menyentuh wajahnya.

seseorang menghela nafas panjang di sebelahnya, Jia sontak membuka mata dan melihat Johan duduk disampingnya sama persis dengan posisinya. Johan tersenyum melihat ke arah langit yang sedikit mendung itu.

"kau akan berkuliah dimana?" tanya Johan tanpa menatap Jia.

"ayah ingin aku berkuliah di universitas kedokteran" wajah Jia kini tertunduk.

"tapi aku ingin universitas hukum" sambungnya.

"lakukanlah, kau tidak harus terus menerus menuruti ayah mu. kau tidak pernah cerita apapun tentang dirimu dan ayah mu, jadi aku tidak tahu. apa kau tidak menganggap aku sebagai sahabat mu?".

Jia menggeleng pelan, "bukan seperti itu".

"lalu?".

"aku hanya ingin kau tidak terlibat dalam keluarga ku, aku menganggap bahwa akulah yang menjadi bagian keluarga kalian" Jia tersenyum kearah Johan yang sedang menatapnya.

"benar, kau memang keluarga kami Jia. kau sedari kecil selalu bersama ibuku, kau seperti adik ku. tapi..." Johan menghentikan perkataan nya.

Jia menatapnya bingung, "tapi apa?".

"ah, akan ku beritahu saat malam tiba. kita bertemu dilapangan ini ya?" Johan beranjak pergi meninggalkan Jia yang sedang kebingungan.

setelah pembagian raport dan acara kelulusan yang singkat, sekitar jam 12.00 tepat. Jia pulang dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian. saat keluar ia melihat sang ayah yang sudah pulang dengan mata sedikit kelelahan.

"ayah?" panggil Jia.

ayahnya sama sekali tak menoleh, ia terus berjalan masuk ke kamar dan keluar untuk mengambil air minum.

"ayah" panggil Jia sekali lagi saat ayahnya hendak mengambil air minum.

ia menelengkan kepalanya, "kau memanggil ku?".

jantung Jia berhenti detak seketika, namun ia berusaha tak menghiraukan itu.

"aku sudah lulus".

ayahnya meneguk segelas air, "lalu?".

"a-aku, aku ingin berkuliah di bidang hukum" ucap Jia gemetar.

Jia menundukkan wajahnya, matanya terus bergerak kesana-kemari. jari-jarinya berkeringat, ia terus memainkan jemarinya agar tidak terlihat gugup. dia berdiri sembari menunggu jawaban sang ayah.

ayahnya mengulurkan tangannya, dengan gugup Jia mendongak.

"ya?" ia bertanya karena tidak mengerti maksud sang ayah.

"raport mu" dengan terburu-buru Jia mengambil raport dari kamarnya dan memberikannya kepada sang ayah.

ayahnya duduk di meja makan sambil melihat nilai Jia.

plak!

betapa terkejutnya Jia saat wajahnya di tampar dengan buku raport nya. tamparan yang keras dan kuat itu membuat Jia terjatuh di bawah kaki ayahnya, dengan cepat air mata Jia berlinang di matanya.

sang ayah tertawa sinis, "apa? kuliah hukum? LIHAT NILAI MU INI JIA! KAU TURUN PERINGKAT 2!! KAU INI INGIN MEMPERMALUKAN KU DI DEPAN SEMUA ORANG?! HAH?!".

air mata Jia terjun bebas ke pipi mulusnya, ia benar-benar takut dengan bentakan ayahnya kali ini.

"JAWAB!! KENAPA NILAI MU TURUN?!".

sang ayah menghela nafasnya dan mengambil rotan yang ada di ruang tengah, lalu ia kembali duduk di meja makan.

"berdiri" perintahnya.

ANINTYA  (2007) [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang