PROLOG

11.5K 373 6
                                    

”Gila, Anjir, Apa-apan ni gak jelas benget, Babi! Goblok! Tolol! Asu! Siapa yang nulis ni novel, pengen tak santet!"maki Liona setelah membaca update-tan bab terbaru dan menamatkan novel yang sudah dia baca dua hari terakhir.

Dia mengeklik kolom komentar dan membaca satu persatu komentar dari pembaca lain.

[Akhirnya... Mereka berdua bahagia.]

[Huaaa.. terharu banget dengan kisah mereka berdua. Akhirnya mereka happy ending setelah banyak rintangan.]

[Puas banget dengan ending nya. Apalagi ending untuk si Leon anj*ng itu!]

[Akhirnya si benalu mati juga.]

[Lagian jadi orang suka cari sensasi jadi kena karma 'kan.]

Semakin dia menggeser kebawah semakin banyak orang yang menghujat karakter Leon dan juga senang dengan akhir dari Leon.

"Pada gila semua ni orang kek babi! Leon itu gak salah,tolol! Dia korban disini! Yang paling penting itu, semua yang dilakukan Leon itu atas perintah pamannya, yang kek tai!" Liona berucap dengan suara pelan dan terus membaca komentar-komentar dari pembaca lain.

Hingga Liona membalas salah satu komen dari pembaca lain yang terus menyalahkan karakter favoritnya yang telah menjadi ubi, Leon Argantara.

Dia mengetik satu paragraf panjang untuk membela karakter fisik itu, hingga dia merasa sudah cukup mengutarakan opininya untuk Leon. Lalu, menekan tombol krim.

Lima menit sudah berlalu setelah dia mengklik tombol krim dan tidak ada tanggapan dari pembaca lain tentang isi dari komentar yang ia tulis. Gadis itu terus membaca komentar hingga akhirnya~

"DOR!!"

"Eh~ Asu!"lata Liona setelah di kagetkan hingga membuat ponselnya terjatuh.

"Lambe-mu."sahut lelaki itu yang tak lain Kakaknya, Zion Pangestu.

Liona mengambil ponselnya yang jatuh,"Untung gak retak," Dia mengelah napas lega — Handphone baru, maklum.

"Bisa gak sih Kak, gak usah ngagetin, entar aku jantungan gimana? Terus kalau Handphone baru aku rusak gimana?" Liona menatap tajam kearah Zion yang telah duduk disampingnya.

Zoin memutar matanya malas, Dia sudah cukup muak mendengar kata Handphone baru keluar dari mulut adiknya selama seminggu terakhir.

"Beliin gue martabak yang di depan Indomaret itu." Zion menyodorkan uang kertas berwarna merah selembar kepada Liona.

"Idiih, gak mau! Jauh itu."tolak Liona mentah-mentah

"Ya elah, tinggal jalan beberapa meter doang."

"Gak mau. Kenapa gak beli sendiri aja sih."

"Guna punya Adek, ya ini."ucap Zion membuat Liona menggeleng-gelengkan kepalanya - memang gak ada peri persaudaraan kakaknya ini.

"Gau mau, titik!"

Zion menyipitkan matanya melihat kearah adiknya,"Beneran gak mau?" Liona langsung mengangguk.

"Oke, fine. Siapa ya, yang tadi pagi katanya minta uang untuk beli buku pelajaran sekolah tapi, ternyata uangnya dipake buat ikutan PO novel. Kalau Bunda tah-"

"Oke, sini aku beliin." Liona langsung mengambil uang dari tangan kakaknya dengan kasar.

Demi keamanan uang jajannya selama satu Minggu, Liona akan menuruti keinginan Zion,"Awas lo ngadu sama Bunda."ancam Liona. Lalu, beranjak dari duduknya.

Zion tersenyum puas dan mengangguk,"Aman."

Liona berjalan sambil menghentakkan kakinya, menuju pintu keluar.

TERJEBAK DALAM NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang