CHAPTER 26

2.7K 234 52
                                    

26. HOT NEWS

Malam telah tiba, Bulan purnama yang cemerlang bersinar terang di langit malam yang gelap. Setelah pulang berkerja larut malam, Leon dengan hati-hati membuka pintu rumah. Namun, begitu dia masuk, dia langsung disambut oleh sebuah vas bunga yang dilemparkan kearah dirinya.

Beruntung Leon sempat menghindar sehingga vas itu tidak mengenai dirinya. Leon terdiam mematung menatap pecahan vas itu di lantai, ini bukan pertama kalinya dia melihat pemandangan seperti ini.

Dengan perlahan Leon berjalan menuju kamarnya, untuk sekarang Leon sangat berharap supaya Pamannya tidak berbalik dan melihat dirinya. Leon tidak ingin menjadi samsak Pamannya lagi.

Namun, sepertinya semesta tidak ingin mengabulkan permintaan kecil Leon,"BERHENTI DI SITU!!"

Leon tersentak kaget saat mendengar teriakkan dari Pamannya, Johan. Dengan susah payah dia menelan ludahnya. Kemarahan Johan terlihat jelas di wajahnya membuat Leon takut.

Plakk....

Wajah Leon langsung berpaling setelah tamparan yang dilayangkan Johan kepada dirinya. Pipinya terasa sakit, Leon dengan perlahan menatap wajah Johan yang tengah menatapnya dengan penuh kebencian.

"KENAPA BISA KETAHUAN LEON!! LIAT APA YANG TELAH KAU LAKUKAN TERHADAP BISNIS KU! SIALAN KAU..." Dengan entengnya Johan melayangkan pukulan di perut Leon. Membuat Leon meringis, menahan sakit di setiap pukulan yang diberikan Johan.

Apa ini salahnya? Dari awal dia tidak pernah setuju dengan rencana pamannya untuk mencuri informasi dari perusahaan keluarga Aswangga. Hanya saja, ancaman Johan membuat dirinya melakukan perintah Pamannya itu.

Mulai dari mendekati Renata hingga akhirnya mengorek informasi dari si bungsu keluarga Aswangga. Hingga dia tersiksa dengan perasaan bersalah dan cintanya kepada Renata.

"KAU SENGAJA MELAKUKANNYA 'KAN?" Seolah belum puas dengan pukulan sebelumnya Johan kembali melayang bogaman di wajah Leon.

Leon menggeleng, mengatakan bahwa dia juga tidak tahu tentang masalah ini. Bukan Leon tidak ingin melawan Pamannya hanya saja, satu-satunya benda peninggalan Ibunya ada di tangan Pamannya. Bukan cuman itu dia juga punya hutang kepada Pamannya ini.

"DASAR ANAK TOLOL! MELAKUKAN HAL SEMUDAH ITU SAJA TIDAK BISA, APA KAU MENGANGGAP ANCAMAN KU SEBELUMNYA ITU HANYA OMONGAN BELAKANG,HAH!?"teriakkan Johan menggema hingga membuat anggota keluarga yang lain terbangun dari tidur indah mereka.

Leon sudah melakukan sesuai perintah Johan, jangankan Johan, Leon juga tidak tahu mengapa rencana Pamannya bisa diketahui oleh keluarga Aswangga secepat ini.

Kalau kata pepatah, sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Mungkin, inilah yang tepat untuk menggambarkan mereka.

Leon yang sudah terduduk di lantai dengan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya tidak membuat Johan berhenti menyiksa Anak dari Saudara kandungnya ini. Rambut Leon ditarik membuat sang empu menengadah ke atas, menatap langsung wajah merah padam Johan dan urat-urat yang menonjol di sekitar dahinya.

"Pa-Paman... Sakit,"suara paruh Leon terdengar. Namun, itu tidak membuat Johan melepaskan cengkeramannya dari rambut Leon malah semakin menariknya dengan kuat, membuat Leon semakin mengeram kesakitan.

"Kau tau sekarang bisnis ku dalam ambang kebangkrutan, gara-gara kau!" Johan mendorong tubuh Leon hingga tubuh Leon menghantam lantai. Tak cuman sampai di situ, seolah gelap mata Johan menendang tubuh Leon yang sudah lemah.

"Mati saja kau, bajingan."

Brakk....

"ANGKAT TANGAN!!!"

TERJEBAK DALAM NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang