CHAPTER 19

3.3K 223 10
                                    

19. BOHONG

Sean duduk disamping Elvano menikmati semilir angin sejuk yang menerpa wajah mereka berdua. Tidak ada yang memulai percakapan, mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Elvano sibuk meredam amarahnya yang memuncak hingga keubun-ubun akibat masalah penghianatan, perselingkuhan.

Sedangkan, Sean bingung harus berbuat apa, jadi dia memiliki untuk diam. Rasa penasaran, pasti ada. Namun, Sean tidak ingin memaksa temannya untuk berbagi cerita dengan dirinya. Jika Elvano ingin membuka diri dengan masalah yang dihadapinya sekarang dia akan dengan senang hati mendengarkannya dan memberi saran/solusi.

Uhukk... Uhukk...

Tiba-tiba saja Sean terbatuk-batuk setelah menghirup asap putih yang pekat, dia menoleh ke samping melihat Elvano tengah merokok — entah darimana dia dapat rokok.

Sean kembali terbatuk lalu bangkit dari duduknya sambil menjepit hidung mancungnya mengunakan tangan agar tidak lagi menghiraukan asap rokok. Sean tidak pernah merokok. Walaupun, banyak orang bilang gak merokok, gak gaul!

Alasannya, yang pertama pasti karena kesehatan — merokok dapat merusak organ tubuh, terutama paru-paru. Yang kedua Sean tidak mau di coret dari Kartu Keluarga dan yang terakhir... Masa calon dokter merokok.

Elvano melihat Sean yang berdiri menjauh darinya,"Gue pergi dulu. Lo kalau mau ngerokok silakan tapi, ingat jangan terlalu banyak itu gak baik buat paru-paru Lo."ucap Sean kemudian meninggalkan Elvano.

Baru beberapa langkah Sean berhenti,"Kalo lo ada masalah sebaiknya lo cerita ke gue atau orang lain yang lo percaya bukan melampiaskannya dengan merokok, rokok gak bisa ngasih lo solusi dari masalah yang lo hadapi meskipun lo abis berbungkus-bungkus tuh rokok."

Setelah mengucapkan itu Sean kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Elvano sendirian di rooft top sekolah. Sedangkan, Elvano menatap rokok yang masih menyala di tangannya, mencoba mencerna perkataan Sean.

⚘⚘⚘

Alaska berjalan menuju perpustakaan sekolah untuk mengembalikan buku yang dia pinjam beberapa hari yang lalu. Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit sebelumnya.

Alaska berjalan santai tanpa kendala hingga akhirnya dia sampai di perpustakaan,"Bu, mau balikin buku."ucapnya

"Oh ya, tunggu sebentar. Ibu ambil bukunya dulu," Dia mengambil buku daftar murid yang meminjam buku di perpustakaan, "Siapa Namanya?"tanyanya

"Alaska Dirgantara, XI IPA 1."

Guru itu mencari nama Alaska di buku,"Tanda tangan disini," Dia menunjuk tempat yang harus di tanda tangan oleh Alaska, "Nanti bukunya di balikin lagi ke tempat semula."

Alaska mengangguk lalu menandatangani tempat yang di tunjuk guru tadi. Setelah itu, Alaska menyusuri rak-rak buku yang berjejer dan meletakkan kembali buku yang dia pinjam ke tempat asalnya.

Saat hendak berbalik dan keluar. Sayup-sayup Alaska mendengar percakapan seseorang yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

"Iya, Aku salah. Aku minta maaf, janji ini gak akan terulang lagi."

Alaska mengerutkan pangkal hidungnya, suara perempuan yang bicara tadi tidak asing lagi di telinganya. Alaska melangkah mendekat ke sumber suara.

"Janji?"

Suara laki-laki terdengar membuat Alaska semakin mengerutkan keningnya. Dia melihat dari celah-celah buku — seketika raut wajahnya berubah masam, dia mengepal erat tangannya. Apalagi ditambah dengan dia melihat Perempuan itu berinisiatif memeluk pria yang berada di depannya.

Alaska langsung keluar perpustakaan, berhenti tepat di depan pintu masuk. Lalu dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang.

Ting...

Suara pesan masuk membuat kedua insan yang tengah berpelukan di dalam perpustakaan tadi melepas pelukan hangat mereka.

"Pesan dari siapa?"

Dia langsung menujuk layar ponselnya memperlihatkan ada pesan yang di kirim oleh tunangannya.

Alaska D
[Dimana? Udah selesai urusannya? Aku tunggu di parkiran.]

Anda
[Udah selesai, ini lagi jalan ke tempat parkiran.]

Setelah menjawab pesan dari Alaska, Renata melihat Leon yang tengah menatapnya dari tadi,"Mau pulang?"tanya Leon dan Renata mengangguk mengiyakan.

Di sisi lain, Alaska meremas erat ponselnya yang berada dalam genggaman tangannya,"Lo bohong lagi Renata!"desisnya.

⚘⚘⚘

Liona memainkan ponsel pintarnya sembari menunggu Leon untuk mengerjakan tugas kelompok mereka berdua. Sudah sekitar dua puluh menit lebih dia menunggu Leon di cafe yang telah mereka sepakati.

Hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, Liona mendorong segelas orange jus kepada Leon,"Kita langsung mulai aja."ucap Leon tanpa melirik orange jus yang Liona berikan.

Liona hanya mengangguk lalu membuka laptopnya yang sudah berada di atas meja dan langsung mengarahkannya kearah Leon,"Gue udah ngerjain sebagai, Lo liat dulu, ada yang kurang apa enggak."

Leon melihat apa yang di kerjakan Liona, hampir sepenuhnya di kerjakan Liona hanya beberapa contoh soal yang belum di kerjakan dan untuk yang lain sudah semua dan tidak ada yang kurang apalagi salah.

"Ini udah benar, gak ada yang kurang."komentar Leon sambil mengarahkan kembali laptop itu kepada Liona.

"Gue udah nyari soal no 4," Liona menunjukkan kertas coretannya kepada Leon,"Tapi, gue kurang yakin. Ini beneran gak?"

Leon mengambil kertas itu,"Ini ada beberapa bagian yang salah," Dia langsung mengambil pena dan mengkoreksi jawab yang salah.

Liona memperhatikan gerak tangan Leon hingga tiba-tiba dia mendongak setelah mendengar namanya dipanggil,"Eh- Kak Rafa."

Leon menoleh kearah pandangan Liona, ada jejak keterkejutan di mata Leon dan Rafa setelah mereka saling tatap.

"Lagi ngapain?"tanya Rafa sambil berjalan kearah meja Liona tanpa memperdulikan kehadiran Leon disana.

"Lagi ngerjain tugas sama teman. Kakak sendiri ngapain ke cafe ini? Silahkan duduk Kak."jawab Liona

Rafa duduk di kursi yang tetap berada didepan Liona,"Tadi kumpul sama teman terus gak sengaja liat lo disini."

Liona mengangguk mengerti. Mereka berbincang-bincang ringan, Setelah kejadian waktu itu Liona dan Rafa bisa di bilang cukup dekat. Sedangkan Leon hanya nyimak dan terus mengerjakan soal-soal yang belum di kerjakan Liona.

"Minggu ini mau nonton film bareng gak?"tawar Rafa tiba-tiba

"Mau, tapi..."ragu Liona

"Kenapa?"

"Kalo tugas ini gak selesai hari ini otomatis aku gak bisa pergi, karena hari Senin harus dikumpul."jawab Liona lalu mengarahkan laptopnya ke Rafa. "Gimana kalau Kakak bantu kami ngerjain tugas supaya cepat selesai."canda Liona diakhiri dengan kekehan renyah.

Rafa ikut terkekeh dan menanggapi candaan Liona, "Oke. Minggu ini berarti deal."

BERSAMBUNG

TERJEBAK DALAM NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang