CHAPTER 24

3.8K 253 25
                                    

24. DIBATALKAN?

Sebuah kuda besi warna hitam melaju cukup kencang membuat pengendara lain meneriaki dirinya. Langit sudah mulai berubah warna jingga kekuningan atau yang sering kita sebut senja. Sinar Matahari yang berada dibatas garis terbarat cakrawala begitu indah jika dipandang.

Namun, Sean sekarang tidak memiliki waktu untuk mengagumi keindahan ciptaan Tuhan satu ini. Sean terus melajukan motor yang dia kendarai menuju Sekolah menengah pertamanya dulu.

Sean menyesali dirinya yang tidak tahu dimana letak rumah Liona selama ini. Bukan dia tidak pernah bertanya, hanya saja Liona tidak pernah  mau memberi tahu dimana alamat rumahnya. Bahkan, dulu saat mereka ada kerja kelompok selalu di rumah Sean kalau tidak di rumah teman mereka yang lain.

Sean juga pernah ingin mengantar Liona kembali kerumahnya tapi sayangnya selalu di tolak.

Satu-satunya cara agar Sean mengetahui alamat rumah Liona hanya dengan bertanya kepada warga sekitar sekolah mereka dulu. Liona waktu Smp ke sekolah jalan kaki, jadi mungkin saja ada warga yang kenal dan tahu alamat rumah Liona.

Sean berhenti tepat di depan warung dekat Sekolah. Sean turun dari motor lalu menghampiri Ibu penjaga warung.

"Mau beli apa Mas?"tanya Ibu penjaga warung sambil gendong bayi.

"Ibu gak ingat saya?"tanya Sean di sertai cengiran khas dirinya.

Ibu itu memicingkan mata, melihat penampilan Anak muda didepannya dari atas sampai bawah.

"Ini Sean loh Bu, masa gak ingat."ucap Sean

"Oh alah, ini Nak Sean yang dulu nangis karena gak di jemput itu ya?"tanya Ibu itu memastikan

"Ya Ampun Bu, masih diingat aja."sahut Sean dengan wajah sedikit memerah karena malu. Waktu itu dia baru kelas tujuh, nunggu jemputan Ayahnya tepat di warung Ibu ini sampai Adzan Maghrib baru di jemput dia. Sean udah overthingking  gara-gara nunggu berjam-jam, kesel, capek, semua emosi jadi satu pokoknya membuat dia nangis sampai ingusnya Beler.

Dan ternyata semua orang rumah khawatir dan panik karena Ibunya mau lahiran hingga lupa jika anak satunya belum pulang ke rumah.

"Sekarang tambah ganteng, sampai pangling Ibu liatnya."imbuh ibu itu lalu melihat kearah Anak yang ada di gendongannya,"Ngko nek wes gedi dadi koyok Mas Sean iki loh leh, wes barek, putih, tinggi,pinter lagi."

Sean hanya tersenyum mendengar Ibu itu bicara karena dia tidak tahu apa arti yang di omongin si Ibu.

"Ibu ingat Liona gak?"

"Liona? Oh, Nak Liona yang rambutnya panjang dan suka ngemil kuaci itu, bukan?"

Sean mengangguk membenarkan,"Ibu tau rumah dimana?"

"Ibu gak tau juga dimana. Tapi kalau gak salah dia pernah bilang jika rumahnya di daerah Kampung  Anggrek."

⚘⚘⚘

Renata menangis sejadi-jadinya, setelah mendapatkan tamparan keras di sisi wajahnya akibat amarah sang Ayah. Baru kali ini Renata merasakan tamparan Andre. Tamparan tadi tidak main-main hingga membuat telinganya berdengung.

"Ini Anak kamu sendiri loh Mas, tega kamu nampar dia! Kita bisa bicarain ini baik-baik."ucap Mawar sambil mendekap erat tubuh Renata.

"Ini akibatnya kalau terlalu dimanja. Perusahaan kita hampir saja rugi ratusan juta, gara-gara siapa? Gara dia!"cetus Andre menunjuk Renata yang ada di dekapan sang istri.

TERJEBAK DALAM NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang