CHAPTER 11

6.8K 301 4
                                    

11. FLASHBACK

DI MALAM PESTA PERTUNANGAN....

"Mau bikin masalah lagi?!" Suara berat milik Kenzo menyapa indera pendengaran Liona membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Gak niat,"balas Liona acuh,"Emang masalah apa yang akan gue buat?"

Bikin masalah, katanya. Liona saja sangat malas datang kesini jika bukan karena ingin menemani Leon agar misinya berjalan sesuai rencana. Liona akan lebih memilih rebahan di atas kasur sambil nonton tv.

Jika sesuai alur udah pasti Liona asli akan membuat masalah di pesta malam ini dan berakhir dia di kunci di ruangan petak yang gelap dan berdebu itu.

Kenzo mencekal lengan Liona dan menarik masuk kedalam. Liona diam saja tidak memberontak terus mengikuti langkah Kenzo menuju sebuah kamar yang ada di kediaman Dirgantara.

Kenzo mendorong Liona agar masuk membuat Liona hampir saja terjerembab ke depan,"Santai aja Bro, slow."

"Menurut lo gue percaya kalo lo gak akan bikin masalah malam ini,"ucap Kenzo,"Lo diem aja di sini, kalo lo coba-coba keluar atau bikin masalah, Lo tau sendiri akibatnya."

"Lo tau sendili akibitnyi."beo Liona kala Kenzo telah menghilang di balik pintu.

Ayolah, kalaupun Liona ingin buat masalah harus effort dikit lah. Masa iya, dia ingin datang ke pesta pakai baju tidur warna pink terus pakai sendal bulu berbentuk kelinci yang ada bukan bikin kacau acara malah bikin malu diri sendiri.

Liona duduk di atas kasur sembari mengamati sekeliling kamar yang dia tempati. Cukup besar didominasi warna white and glod menambah kesan mewahnya.

Satu jam kemudian pintu kamar kembali terbuka memperlihatkan sosok gadis anggun dengan balutan gaun berwarna navy. Liona yang dari tadi asik menjelajah dunia maya mendongak melihat Renata yang masuk ke kamar.

"Udah aku duga pasti kakak datang kesini,"ucap Renata yang pertama kali memecahkan keheningan yang terjadi. "Kakak pasti udah baca pesan yang aku kirim 'kan?"

Liona mengerutkan pangkal hidungnya, pesan apa? Sejak kapan dia membaca pesan Renata? Perasaan tidak ada notif pesan yang masuk dari tadi di ponsel Liona. Bahkan, seingat Liona, Liona asli sudah memblok nomor Renata.

"Kak Liona setuju dengan rencana aku 'kan?"

"Rencana apa?"

"Emang kakak belum baca pesan yang aku kirim."

"Pesan apa? Wong nomer mu wae wes tak blok kok."

"Hah?"bingung Renata lalu melihat chat-nya dengan Liona,"Oh, pantes aja centang satu, di blok ternyata."gumam Renata

Renata tak mempedulikan itu dia berjalan mendekat kearah Liona. Ini aneh, tubuh Liona spontan mundur kebelakang hingga punggungnya bersandar di kepala ranjang. Mendadak Liona merasa takut dengan senyum yang di tunjukkan Renata.

"Ng-ngapain lo? Jauh-jauh sana." Liona mengibaskan kedua tangannya mengusir Renata.

Renata menurut dan berhenti di samping ranjang,"Aku tau kakak suka 'kan dengan Alaska, maka-nya aku datang ke sini untuk menawarkan sesuatu dengan kak Liona."

Liona turun dari ranjang,"Apa?" Liona cukup penasaran namun di satu sisi dia merasa ada yang tidak beres.

"Aku bisa memberikan posisi ku sebagai tunangan Alaska kepada kak Liona."

"Lo salah minum obat?"

Renata menggeleng," Enggak, aku beneran kak. Aku gak punya perasaan apapun dengan Alaska, aku gak mau memulai hubungan tanpa cinta."

Taik, sekarang Liona ingin sekali muntah mendengar ucapan Renata. Tidak Cinta? Ayolah, Liona tidak akan tertipu, ending mereka berdua aja bahagia di novel, hingga mempunyai anak dan cucu.

Apa tadi menyerahkan posisinya kepada Liona, Bullshit kali ini bocah. Walaupun Renata dengan suka rela memberikan posisinya kepada Liona, bagaimana dengan Alaska? Keluarga Aswangga dan Dirgantara? Sudah pasti tidak akan pernah membiarkan Liona menjadi pasangan hidup Alaska.

Liona tertawa keras,"Gue rasa lo emang salah minum obat tapi, mau lo salah minum obat atau enggak, gue gak tertarik dengan tawaran lo."

Liona sekarang bukan lagi Liona yang mati-matian mengejar cinta Alaska dan dia tidak akan pernah tergiur dengan tawaran Renata. Liona tidak sebodoh itu.

Renata berjalan mendekat kearah Liona membuat Liona mundur kebelakang,"Beneran gak tertarik?"bisik Renata membuat Liona merinding dan spontan mendorong tubuh Renata.

Renata meringis ketika bokong menghantam lantai dengan cukup kuat,"Aku udah mau bantu kakak tanpa meminta imbalan apapun. Bahkan, aku rela memberikan posisi aku sebagai tunangan Alaska kepada kak Liona." Renata berucap dengan butiran bening jatuh membasahi kedua pipinya.

"Gue ga—"

Brak...

Pintu kamar dibuka dengan kasar membuat perkataan Liona terpotong. Kenzo langsung berlari kearah Renata yang terduduk dilantai dan membantunya berdiri.

Kenzo menatap tak suka kepada Liona, sebuah tamparan melayang tepat di pipi sebelah kanan Liona. Dengan spontan wajahnya tertoleh ke samping seketika penglihatan Liona sedikit kabur, Liona memegangi pipinya yang berdenyut pedih memandang tak percaya dengan apa yang dilakukan Kenzo.

Tak berhenti sampai disitu, Kenzo kembali melayang tamparan kedua di pipi mulus Liona mengakibatkan darah segar keluar dari sudut bibirnya. Otak Liona mendadak kosong, tubuhnya membeku di tempat, Liona rasa dia tidak melakukan sebuah kesalahan kenapa dia malah di tampar.

"Lo tuh, cewek paling gak tau malu yang pernah gue liat. Bisa-bisa lo maksa Renata..." Kenzo tidak lagi melanjutkan ucapannya langsung menarik tangan Liona — membawanya pulang ke rumah.

— sesampainya di rumah, Liona merasa dejavu dengan apa yang dilakukan Kenzo.

Kenzo membuka pintu sebuah ruangan tempat pertama kali Liona datang ke dalam novel. Di ruangan petak yang gelap, pengap dan berdebu. Liona memberontak, siapapun tolong Liona, Liona tidak ingin di kurung di ruangan itu.

Namun keberuntungan tidak berpihak kepadanya, Kenzo memaksa Liona masuk lalu mengunci pintu.

"Woy! Buka, gue gak pernah maksa Renata! Buka!" Liona menggedor-ngedor pintu tapi tidak di gubris oleh Kenzo.

"Woy... Bangsat Lo. Buka taik!"

"ANJING!!"

Liona mengandalkan flas dari ponsel sebagai penerangan di ruangan itu. Wajar saja jika akhir cerita dari karakter Liona berakhir di rumah sakit jiwa. Siapa yang akan tetap waras jika di perlukan seperti ini? Di kurung berhari-hari di ruangan yang hampir tidak ada fentilasi udara, sesak, penuh debu dan di perlakukan seperti binatang.

Orang yang waras saja bisa jadi gila jika di perlakukan seperti itu. Semua keluarga Aswangga itu orang Sinting semua, itulah yang dipikirkan Liona sekarang.

BERSAMBUNG

TERJEBAK DALAM NOVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang