Chp. 05: Pengawal pribadi

882 57 0
                                    

Kiw kiw kiw
udah chapter 5 aja nichh
gimana nih kesan dan pesan selama ini?

Harap bijak dalam membaca ya, kawanku!____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harap bijak dalam membaca ya, kawanku!
____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

"Lepaskan aku, sialan!" teriak Bianca dengan suara serak, dipenuhi rasa takut dan kemarahan yang membara. Namun, Adrian hanya semakin mendekat, seolah menantangnya untuk melawan lebih keras lagi. Setiap teriakan terasa sia-sia, teredam oleh rasa dingin yang mengelilingi mereka.

Dengan satu dorongan kuat, Adrian mendorong Bianca hingga terjatuh ke atas kasur yang empuk, menciptakan suara gebrakan yang menggema. Tubuh Bianca terhempas, dan dalam sekejap, Adrian menempatkan tubuhnya di atas Bianca dengan tangan Adrian yang bebas mulai menjelajahi punggungnya, setiap sentuhan membuat Bianca gemetar ketakutan.

Bianca benci dengan tubuh Elara yang lemah. Membuatnya tidak bisa bergerak untuk mendorong Adrian, si tubuh kekar.

Adrian memegang kedua lengan Bianca dan menekannya ke kasur, membuatnya tak bisa bergerak sama sekali. "Kau hanya akan membuat semua ini lebih menyakitkan," ucapnya, menciptakan aura menakutkan di sekitarnya.

Semakin Bianca memberontak, semakin kasar perlakuan Adrian. Pria itu mulai mencium bibir Bianca yang tertutup rapat. Adrian menggigitnya, sehingga membuat bibir Bianca sedikit berdarah. Mengambil kesempatan, Adrian mencium rakus bibir Bianca, memaksakan dirinya lebih dalam.

Setiap kali dia berusaha memberontak, Adrian hanya semakin bersikap kasar, seolah menikmati proses penghancuran harapannya. Bianca menahan air mata yang mulai menggenang di matanya, merasakan ketidakberdayaan yang begitu besar.

Cengkeraman Adrian di bahu Bianca semakin kuat, hingga darah mulai mengalir. Pria itu tiba-tiba terdiam dan menatap darah tersebut dengan ketakutan yang mendalam. Trauma masa kecilnya kembali menghantamnya dengan keras.

Adrian dengan suara penuh ketakutan, seolah melihat bayang-bayang masa lalu. "Tidak... darah... tidak lagi..."

Adrian melepaskan cengkeramannya dan jatuh berlutut, menutupi wajahnya dengan tangan, gemetar hebat. Bianca merasakan kesakitan di bahunya, tetapi perhatiannya hanya fokus kepada Adrian yang tubuhnya gemetar ketakutan.

Bianca tetap lemah kepada karakter favoritnya. Ia tahu, mengapa Adrian bisa berbuat senekat ini.

Gadis itu berlutut di samping Adrian, mencoba menenangkannya. "Adrian, lihat aku. Aku di sini. Kau tidak sendirian."

Ia berlutut di samping Adrian, mencoba menenangkannya meskipun rasa sakit yang dirasakannya. Ternyata, trauma akan darah tidak lepas dari Adrian, seperti yang ada di dalam novel.

Bianca, dengan nada menenangkan, berkata, "Kau aman di sini. Aku akan menjagamu."

"T-tidak... Darah... Da-darah..." racaunya dengan tubuh gemetar.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang