Chp. 14 : Mungkinkah

632 50 0
                                    

rindu dengan seseorang yang telah pergi, ternyata itu jauh lebih berat ya.

rindu dengan seseorang yang telah pergi, ternyata itu jauh lebih berat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

"Tapi... kali ini, aku rasanya ingin mengeluh," ujarnya dengan suara semakin lembut, hampir seperti bisikan. "Mengapa aku harus berada di sini? Mengapa kau tidak membawaku untuk menemui ibu dan ayahku? Kenapa aku harus menghadapi semua ini sendirian?"

Seseorang, dengan langkah yang lesu dan mata yang masih berat karena kantuk, melewati lorong istana yang sepi. Ia Leonard, malam ini tidak bisa tidur, hingga memutuskan untuk berjalan sebentar.

Namun, telinganya tiba-tiba menangkap suara lembut yang dipenuhi kesedihan, memecah keheningan malam. Rasa penasaran membuncah di dalam dadanya, membuatnya memperlambat langkah dan berusaha mencari sumber suara tersebut.

Dari balik dedaunan yang rindang, Leonard melihat sosok yang dikenalnya dengan baik-Bianca, istrinya. Ia duduk sendirian di bangku taman, dikelilingi oleh bunga-bunga malam yang mekar. Cahaya bulan menyinari wajahnya yang tampak begitu rapuh, setiap tetes air mata yang mengalir di pipinya bersinar dalam kilauan cahaya rembulan. Leonard merasa hatinya hancur saat melihat betapa sedih dan kesepian istrinya.

"T-tunggu tunggu, kenapa hati ku tiba-tiba terasa aneh?!" Batin Leonard tak percaya dengan dirinya sendiri.

Bianca mendongakkan kepalanya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang, seolah mencari jawaban yang tersembunyi di antara sinar rembulan yang lembut. "Ibu... ayah... Mungkinkah kau mampir hari ini?" suaranya begitu lembut, hampir seperti bisikan, namun terdengar jelas di telinga Leonard yang berdiri tak jauh dari sana.

Suara Bianca yang penuh kerinduan itu membuat Leonard bertanya-tanya dalam hati, "ibu? ayah? Apakah dia merindukan mereka?"

Dengan nada yang bergetar, Bianca mulai bernyanyi, suaranya pecah di setiap bait yang diucapkannya. "Bila tidak mirip kau jadilah bunga matahari, yang tiba-tiba mekar di taman meski bicara dengan bahasa tumbuhan, ceritakan padaku," ujarnya dengan penuh rasa sesak, mencoba mengungkapkan rasa rindunya melalui lagu yang mengingatkannya pada masa-masa indah bersama orang tuanya. "Bagaimana tempat tinggalmu yang baru?"

Air matanya mulai mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. "Adakah sungai-sungai itu benar-benar dilintasi dengan air susu? Juga badanmu tak sakit-sakit lagi. Kau dan orang-orang di sana muda lagi. Semua pertanyaan, temukan jawaban." Suaranya semakin gemetar, penuh emosi yang tak tertahan.

Suara Bianca yang penuh kepedihan menggema di telinganya, setiap kata yang terucap menambah beban di hatinya. Leonard ingin melangkah maju, ingin memeluknya dan menghapus air mata yang terus mengalir, tetapi sesuatu menahannya. Perasaan bersalah dan ketidakmampuan untuk meredakan rasa sakit Bianca membuatnya tetap berdiri di tempatnya, tersembunyi dalam bayangan.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang