____________________________________
HAPPY READING
____________________________________Saat ini, Bianca dan kelima suami Elara memutuskan untuk pergi menemui Elizabeth.
Mereka berada di dalam kereta kuda yang sangat luas, namun bagi Bianca, suasananya terasa sesak. Kursi yang diduduki Bianca seharusnya hanya cukup untuk tiga orang, tapi saat ini, tubuh Bianca dihimpit oleh Leonard, Nathaniel, Kaelan, dan Marcus. Hanya Adrian yang waras, duduk dengan tenang sendirian di hadapan mereka.
“Leonard, bisakah kau sedikit geser? Aku hampir tidak bisa bernapas,” keluh Bianca, mencoba menarik napas dalam-dalam.
Leonard tersenyum, meskipun tidak bergerak. “Maaf, Elara. Aku hanya ingin memastikan kau nyaman.”
Nathaniel menimpali dengan tawa kecil, “Kalau begitu, aku juga harus memastikan dia nyaman. Lagi pula, aku yang paling dekat dengan Elara sejak awal.”
"Tapi aku yang paling tahu cara membuat Elara tertawa,” ujar Kaelan, menatap Bianca dengan tatapan penuh harap.
Marcus, yang duduk paling ujung, mendekatkan wajahnya ke arah Bianca. “Elara, kau tahu aku yang paling mengerti perasaanmu, kan?”
Bianca menghela napas panjang, merasa semakin jengah dengan persaingan mereka. “Sudah cukup, kalian semua. Ini benar-benar membuatku pusing.”
Adrian, yang duduk sendirian di seberang mereka, hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Kekanak-kanakan sekali."
Leonard mengangkat bahu, masih dengan senyum di wajahnya. “Adrian, kau hanya cemburu karena tidak bisa duduk di sini bersamanya.”
“Benar sekali,” tambah Nathaniel, menggoda. “Mungkin Adrian merasa kesepian di sana.”
Adrian menghela napas dan memutuskan untuk tidak membalas. Dia hanya menatap Bianca yang sangat frustasi. Rasanya, Adrian ingin tertawa melihat wajah Bianca yang nampak menggemaskan.
Bianca, yang merasa semakin terjepit, akhirnya memutuskan untuk bertindak. “Baiklah, jika kalian tidak bisa memberiku ruang, aku akan duduk di sebelah Adrian.”
Tatapan tidak suka dan cemburu segera muncul dari wajah Leonard, Nathaniel, Kaelan, dan Marcus. “Adrian tidak lebih baik dariku,” gumam Marcus.
“Setidaknya dia tahu bagaimana memberikan ruang,” balas Bianca tegas, lalu berpindah tempat dan duduk di sebelah Adrian. Dia menghela napas lega dan menatap Adrian dengan senyum. “Terima kasih.”
Adrian membalas senyum tipis. “Tidak masalah, Elara."
Leonard, yang merasa tidak terima, memelototi Adrian. “Ini belum selesai, Adrian. Elara akan kembali ke samping ku."
Ketenangan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, kereta kuda berhenti mendadak, membuat Bianca hampir tersungkur ke depan. Dengan sigap, Adrian menarik Bianca ke dalam pelukannya, menempatkannya di atas pangkuannya dan memeluk pinggangnya erat.
“Adrian, apa yang kau lakukan?” tanya Bianca terkejut, merasa canggung dengan posisi mereka.
“Saat ini kita harus tetap tenang,” jawab Adrian, menahan desakan para suami lain yang mulai protes.
Leonard segera mencak-mencak, “Adrian, lepaskan dia!”
“Ya, kau tidak bisa memonopoli Elara seperti itu!” tambah Nathaniel.
Namun, protes mereka terhenti saat mendengar teriakan dari luar. “Serangan! Kita diserang!” teriak Alaric dari luar kereta.
“Kita tidak membawa banyak ksatria!” seru Marcus panik. “Kita harus bertindak cepat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond The Final Chapter [END]
FantasíaKarena kecelakaan ditabrak kereta, Bianca terbangun di ruangan asing dengan tubuh seorang wanita yang mendapatkan peran tokoh utama di dunia novel. "G-gue jadi tokoh utama yang punya 5 suami?!" Bianca, kini bereinkarnasi menjadi putri mahkota yang...