Chp. 41: Merelakan

865 45 0
                                    

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Raja Lysoria menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosinya. "Felix, kami datang bukan untuk meminta pengampunanmu, tetapi untuk memberitahumu sesuatu yang penting."

Felix mencibir, tetapi matanya tetap terjaga, penasaran. "Apa lagi yang bisa kalian katakan? Sudah cukup pengkhianatan yang kuterima."

Ratu Lysoria melangkah maju, mendekatkan dirinya ke sel besi. Air mata mengalir di pipinya saat ia menundukkan kepala, suaranya bergetar penuh penyesalan. "Felix, aku minta maaf. Kami seharusnya memberitahumu sejak lama, tapi aku terikat janji dengan ibumu."

Felix tertegun melihat Ratu Lysoria yang tampak rapuh dan penuh penyesalan. Dia tidak menyangka seorang ratu akan menunjukkan emosi seperti itu di depannya.

"Apa yang kau katakan?" Felix bertanya dengan suara yang lebih lembut, meskipun masih penuh kebencian.

Ratu Lysoria menghapus air matanya dengan punggung tangan, berusaha mengumpulkan keberanian. "Ibumu dan Raja Eldoria tidak memiliki hubungan seperti yang kau kira. Mereka dijebak oleh musuh, dipaksa memakan obat perangsang, dan ditempatkan di ruangan yang sama. Itu semua adalah rencana jahat untuk menghancurkan kehormatan mereka."

Felix terdiam, otaknya berusaha mencerna informasi yang baru saja diterimanya. "Jadi... semua ini adalah tipu muslihat? Dan ibuku...?"

Ratu Lysoria mengangguk, matanya memohon pengertian. "Ibumu mencintai orang lain, bukan Raja Eldoria. Orang yang dicintainya telah meninggal, dan karena itulah dia memilih merawatmu sendirian, menjauh dari istana dan semua intrik politik."

Felix merasa dunia di sekitarnya runtuh. "Mengapa kalian tidak memberitahuku lebih awal? Mengapa kalian biarkan aku hidup dalam kebencian dan dendam?"

Raja Lysoria menjawab dengan suara berat, "Kami terikat oleh janji kepada ibumu. Kami berharap suatu hari kau akan memahami dan menemukan kebenaran sendiri. Tapi kami salah, dan sekarang kami hanya bisa meminta maaf."

Felix menatap mereka, campuran emosi bergejolak dalam dirinya. "Hidupku penuh kejutan yang tidak pernah kuminta, tuhan. Mengapa harus seperti ini?"

***

Bianca berjalan dengan cemas di sepanjang koridor istana, matanya celingukan mencari seseorang. Dinding marmer dan lantai berkilauan tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari perasaan tidak tenang yang merayap di hatinya. Suasana di istana terasa sunyi, hanya suara langkah kakinya yang terdengar menggema.

Adrian, yang sedang berdiri di dekat jendela besar dengan pandangan termenung, segera menyadari kegelisahan Bianca. "Bianca, ada apa?" tanyanya, suaranya penuh keprihatinan.

Bianca berhenti sejenak dan menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku sedang mencari Cedric. Entah ke mana dia pergi. Aku khawatir."

Mendengar nama Cedric, wajah Adrian mengernyit sedikit. Dia bertukar pandang dengan Leonard, Nathaniel, Kaelan, dan Marcus yang berada di ruangan yang sama. Mereka semua teringat percakapan yang terjadi beberapa saat yang lalu.

Beberapa jam sebelumnya, Cedric mengumpulkan mereka di ruang pertemuan kecil. Wajahnya serius, matanya penuh emosi yang tertahan. "Ada sesuatu yang perlu kubicarakan dengan kalian," katanya dengan suara berat.

Mereka semua mendengarkan dengan cermat saat Cedric melanjutkan, "Aku mencintai Elara. Cinta ini tidak bisa hilang, malah semakin tumbuh. Rasanya ingin gila ketika melihatnya bersama orang lain. Tapi aku sadar, melihatnya terluka dan tidak bahagia justru membuatku lebih menderita."

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang