Chp. 40: Kenapa?

608 40 0
                                    

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Sementara itu, Adrian, Leonard, dan Kaelan terus mencari Bianca di setiap sudut rumah. Hati mereka dipenuhi kecemasan. Leonard tiba-tiba melihat dari lantas atas jika Bianca sedang ditarik oleh Edmund. "Adrian, Kaelan! Di sini!" teriaknya, menunjuk ke arah Edmund dan Bianca.

Adrian dengan cepat mengambil keputusan. "Leonard, kau panggil para kesatria untuk bala bantuan kalau-kalau Edmund berhasil melarikan diri. Biar aku dan Kaelan yang menangkap pria bajingan itu."

Leonard mengangguk setuju dan segera pergi memanggil para kesatria. Adrian dan Kaelan melompat dari lantai dua, berlari cepat menghampiri Edmund. Mereka berdua bertekad untuk menyelamatkan Bianca.

Edmund, menyadari mereka mendekat, menghentikan langkahnya. Dia dengan cepat mengeluarkan pisau dan menempatkannya di leher Bianca, mengancam mereka untuk tidak mendekat. "Jangan mendekat atau aku akan membunuhnya!" teriaknya dengan mata liar.

Adrian dan Kaelan terdiam, mencoba menenangkan situasi. "Edmund, lepaskan Elara. Kau tidak perlu melakukan ini," kata Adrian dengan suara tenang, berusaha menenangkan Edmund.

Namun, Edmund tidak mau mendengarkan. "Jika aku tidak bisa memiliki Elara, maka orang lain juga tidak boleh memiliki!" katanya sambil mundur perlahan, menarik Bianca bersamanya.

Bianca menatap Adrian dan Kaelan dengan tatapan sendu, berusaha mencari cara untuk lepas dari cengkeraman Edmund. Dengan cepat, dia memikirkan sebuah rencana. "Edmund, aku mencintaimu. Aku akan ikut denganmu. Tapi kau harus lepaskan pisaunya. Kita bisa melarikan diri bersama," katanya dengan suara lembut, berusaha menenangkan Edmund.

Edmund terdiam, tergoda oleh kata-kata Bianca. "Kau... kau mau ikut denganku?" tanyanya ragu-ragu.

Bianca mengangguk pelan. "Iya, tapi lepaskan pisau itu. Kau tidak perlu mengancamku."

Edmund terlihat bingung sejenak, lalu menurunkan pisaunya sedikit. Bianca mengambil kesempatan itu untuk menginjak kakinya dengan keras, membuat Edmund terjatuh dan melepaskan cengkeramannya. Adrian dan Kaelan segera bergerak cepat, menahan Edmund sebelum dia bisa bangkit lagi.

Akan tetapi, terlambat. Edmund sudah bangkit dan melarikan diri.

Saat itu, seorang pemanah tiba-tiba muncul dari kegelapan, menembakkan panah yang tepat mengenai kaki Edmund. Edmund meringis kesakitan, namun masih berusaha melarikan diri. Namun, panah kedua melesat dan menancap kembali di kakinya, membuatnya terjatuh dan berjalan tertatih-tatih.

Kaelan segera menangkap Edmund, menahannya untuk tidak bergerak. Bianca dan Adrian menghampiri, merasa lega melihat Edmund tidak bisa bergerak lagi. Seorang pria dengan pakaian gelap mendekat, memperkenalkan dirinya.

"Kau tidak akan bisa bergerak lagi. Panah itu mengandung racun yang bisa melumpuhkan seseorang jika banyak bergerak," kata pria itu dengan tenang.

Bianca menatapnya dengan bingung. "Siapa kau?"

Adrian yang mengenal pria itu pun menjawab, "Ini adalah Archer, pembunuh bayangan dari kerajaan Thaloria."

Archer memberikan salam singkat. "Seperti yang dikatakan Yang Mulia Adrian, saya mewakili Thaloria untuk bertanggung jawab atas hal ini. Sebentar lagi, raja dan ratu Thaloria akan datang."

Dengan situasi yang mulai terkendali, Bianca merasa sedikit lega, meskipun rasa takut dan trauma masih membekas dalam dirinya. Dia tahu, pertarungan ini belum berakhir, tapi setidaknya untuk sekarang, dia aman.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang