Epilog

1.1K 52 2
                                    

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Di taman istana yang hijau dan luas, lima anak kecil yang menggemaskan sedang bermain bersama dengan riang. Tawa mereka menggema, memenuhi udara dengan kebahagiaan murni. Anak-anak itu berlarian, saling kejar-mengejar di antara pohon-pohon dan semak-semak bunga yang sedang mekar. Setiap anak ditemani oleh ayah mereka masing-masing, yang ikut terlibat dalam permainan dengan semangat yang tak kalah dari anak-anak mereka.

Addian mengangkat putrinya tinggi-tinggi, membuatnya tertawa riang. "Terbang tinggi, putriku! Kau seperti burung di langit!" katanya dengan senyum lebar.

Di dekatnya, Nathaniel duduk di rumput sambil mengajari putranya cara merangkai mahkota bunga. "Lihat, ini caranya. Seperti ini, lalu ini," jelasnya dengan sabar, jari-jarinya cekatan merangkai bunga-bunga berwarna-warni.

Leonard, dengan tangan kuatnya, mengayunkan anaknya di ayunan tali yang diikatkan di cabang pohon besar. "Pegang kuat-kuat, ya! Satu, dua, tiga, ayoo!" serunya sambil mendorong ayunan, membuat anaknya berseru kegirangan.

Kaelan, dengan penuh perhatian, membimbing putrinya yang masih kecil untuk berjalan di atas balok kayu. "Pelan-pelan saja, kau pasti bisa. Ayah ada di sini," katanya lembut, tatapan matanya penuh kasih sayang.

Marcus, dengan gaya ceria dan candaannya, mengajak putranya bermain petak umpet. "Kau tidak akan bisa menemukan ayah, nak! Sembunyi yang baik, ya!" ujarnya sambil berlari mencari tempat bersembunyi.

Di tengah keriuhan dan kebahagiaan itu, seorang wanita dengan senyum lembut berjalan mendekat. Gaunnya berkibar tertiup angin, membuatnya terlihat anggun dan berwibawa. Anak-anak yang melihatnya segera berseru gembira, "Ibunda! Ibunda datang!" Mereka berlari menghampirinya dengan tangan terulur, siap untuk memeluknya.

"Elara, sayang ku!" Ucap serentak Adrian, Leonard, Nathaniel, Kaelan dan Marcus.

Elara, dengan wajah penuh kasih sayang, membungkuk dan menyambut anak-anak dalam pelukannya. "Anak-anak, kalian bermain dengan baik, ya?" tanyanya lembut, mengusap kepala mereka satu per satu.

Para ayah juga menghampiri, wajah mereka memancarkan kebanggaan dan cinta. "Sayang, kau datang di waktu yang tepat. Anak-anak sangat merindukanmu," kata Adrian sambil memeluk Elara dari samping.

"Benar sekali," tambah Nathaniel. "Mereka terus bertanya kapan ibunda akan datang."

Elara tersenyum, memandang ke arah suami-suaminya. "Aku senang melihat kalian semua bahagia. Terima kasih telah menjaga mereka dengan baik."

Leonard, Kaelan, dan Marcus mengangguk setuju. "Kami akan selalu menjaga mereka dan dirimu, Elara," kata Leonard dengan suara penuh kepastian.

Kaelan menambahkan, "Ya, kami akan selalu ada di sini untuk keluarga kita."

Marcus, dengan candaannya yang khas, berkata, "Dan aku akan memastikan tidak ada yang berani mengganggu kebahagiaan kita."

Elara tertawa kecil, kemudian berkata, "Baiklah, sekarang mari kita nikmati waktu bersama. Aku membawa kue favorit kalian."

Anak-anak berseru gembira lagi, "Kue! Kue!" Mereka menarik tangan Elara dan ayah-ayah mereka menuju meja piknik yang telah disiapkan dengan berbagai makanan lezat.

Suasana di taman istana itu begitu hangat dan penuh cinta. Di tengah kebahagiaan tersebut, Elara menyadari bahwa inilah yang selalu dia impikan – keluarga yang utuh, bahagia, dan saling mencintai. Dia bersyukur atas setiap momen ini, dan bertekad untuk melindungi kebahagiaan mereka apapun yang terjadi.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang