Chp. 37: Penangkapan

472 36 0
                                    

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Di sebuah ruangan yang gelap dan lembap, bau anyir bercampur aroma parfum murahan memenuhi udara. Seseorang sedang menikmati belaian yang diberikan oleh wanita yang ia sewa.

"Bagaimana, Tuan Felix? Apakah ini enak?" tanya wanita itu dengan suara manja.

"Iya, teruskan," jawab Felix dengan suara serak.

Namun tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan keras. Suara berderak itu membuat wanita tersebut terkejut, berhenti sejenak dalam kebingungan dan ketakutan. Namun, Felix tidak membiarkannya berhenti. Dengan kasar, dia melanjutkan, tidak peduli dengan kehadiran orang baru yang masuk.

"Ada apa? Mengapa kemari? Apa kau ingin menikmati bersama? Kau kan tidak bisa menikmati wanita yang kau cintai." tanyanya dengan nada mengejek, matanya penuh sinis.

Orang yang masuk berdecih jijik, wajahnya menunjukkan rasa muak. "Aku tidak memakai wanita jalang seperti itu," katanya dengan tegas. "Lebih baik kau segera pergi dari sini. Aku mendapat kabar dari istana, Elara dan para suaminya telah menemukan tempat ini. Mereka akan menyergap malam ini."

Felix tidak segera merespons. Dia terus melanjutkan aksinya, malah semakin kasar. Setelah mencapai puncak kepuasan, Felix melepaskan wanita itu dengan kasar, membuatnya terjatuh di lantai. Dia mengambil pedang yang tergeletak di dekatnya, dan dengan gerakan cepat, menebas kepala wanita itu hingga terpisah dari tubuhnya.

Cipratan darah menghiasi lantai dan dinding, bau anyir semakin pekat. Felix segera bergegas mengenakan pakaiannya, matanya bersinar dingin. "Ayo cepat pergi," katanya dengan nada perintah.

Orang itu menatap mayat wanita di lantai dengan ekspresi datar. "Bagaimana dengan Vivienne?" tanyanya, suaranya tenang namun penuh pertanyaan.

Felix menjawab dengan nada meremehkan, "Dia sudah tidak berguna. Bahkan rencana untuk memberikan obat perangsang saja tidak bisa. Lagipula, aku mempunyai tiga orang dalam. Mati satu itu tidak masalah."

Mereka berdua segera keluar dari ruangan gelap itu, meninggalkan mayat yang mulai mendingin di lantai. Langkah kaki mereka menggema di koridor sempit yang sunyi, menandakan kesibukan yang akan segera mereka hadapi untuk melarikan diri dari sergapan Elara dan para suaminya.

Di luar, malam terasa lebih kelam. Angin dingin berhembus kencang, membawa serta kabar buruk yang akan segera menyebar. Felix dan rekannya bergerak cepat, berusaha menghilang di balik bayang-bayang malam, sementara ancaman dari istana semakin mendekat.

***

Di bawah sinar bulan yang pucat, Bianca dan para suaminya, bersama para kesatria kerajaan Eldoria, menyusup dengan hati-hati ke tempat rahasia yang disebutkan dalam surat Alaric. Langit malam yang gelap dan dingin menambah ketegangan di udara, sementara langkah kaki mereka nyaris tak bersuara di atas tanah basah.

Sesampainya di sana, mereka mendapati pintu besar yang terbuat dari besi tua. Dengan isyarat cepat dari Bianca, dua kesatria maju untuk membuka pintu itu dengan hati-hati. Suara derit pintu yang terbuka menggaung di koridor sempit, menambah kesan seram dari tempat tersebut.

Di dalam, mereka menemukan pemandangan yang mengejutkan. Vivienne sedang melakukan hubungan dengan beberapa pria, tanpa menyadari kehadiran Bianca dan kelompoknya. Mata Bianca menyala dengan kemarahan dan jijik. "Tangkap dia!" perintahnya dengan suara penuh otoritas.

Vivienne terkejut, matanya melebar saat melihat kehadiran Bianca dan kelompoknya. Dengan cepat, dia mendorong pria di dekatnya dan melompat dari tempat tidur, mengenakan pakaian seadanya dalam kepanikan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat dia mencari jalan keluar.

"Kejar dia!" perintah Bianca dengan tegas, suaranya menggelegar di antara dinding-dinding sempit.

Vivienne berlari menuju pintu belakang, menabrak meja dan kursi dalam upaya putus asanya untuk melarikan diri. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdebar kencang, namun ia terus berlari, berpacu dengan waktu. Derap kaki para kesatria terdengar semakin dekat, menggema di seluruh ruangan.

Sesaat sebelum dia mencapai pintu, Bianca melompat ke arahnya dengan kecepatan dan keteguhan hati yang luar biasa. Tangan Bianca mencengkeram bahu Vivienne, menariknya kembali dengan kuat. Vivienne berteriak dan meronta, mencoba melepaskan diri, tetapi cengkeraman Bianca terlalu kuat.

"Tidak akan semudah itu, Vivienne!" seru Bianca dengan penuh determinasi.

Vivienne menggigit lengan Bianca, membuatnya terpekik kesakitan, tetapi Bianca tidak menyerah. Dengan satu gerakan cepat, dia membanting Vivienne ke lantai. Kedua wanita itu bergulat, tubuh mereka bergulung di lantai dingin, hingga para kesatria dan suami Bianca berhasil mengejar dan membantu menangkap Vivienne.

Vivienne akhirnya ditaklukkan, tangannya diborgol dengan erat. "Lepaskan aku! Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan!" teriaknya, namun suaranya tenggelam dalam kegaduhan.

Sementara itu, para kesatria memeriksa setiap sudut tempat persembunyian, menemukan beberapa orang lain yang terlibat dalam konspirasi ini. Mereka semua diikat dan disiapkan untuk dibawa kembali ke istana.

Dengan penuh kewaspadaan, mereka memulai perjalanan kembali ke istana. Vivienne, dengan wajah penuh kebencian, diapit oleh dua kesatria yang menjaga setiap gerakannya. Bianca berjalan di depan, matanya penuh dengan tekad dan amarah yang membara. Suami-suaminya mengikuti di belakang, memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal.

Malam itu begitu gelap, hanya diterangi oleh obor-obor yang mereka bawa. Hembusan angin malam yang dingin menggigit kulit mereka, namun tak satu pun dari mereka mundur. Setiap langkah mereka membawa ketegangan, setiap bayangan menambah kecemasan.

Setibanya di istana, mereka disambut oleh para penjaga yang langsung membawa para tahanan ke ruang interogasi. Vivienne dilempar ke lantai dengan kasar, namun dia tetap menatap Bianca dengan mata penuh kebencian.

Dalam kekacauan itu, Bianca menyadari bahwa meski Vivienne tertangkap, Felix masih bebas dan mungkin sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar. Wajahnya mengeras saat memikirkan ancaman yang belum sepenuhnya tersingkir.

Bianca menarik napas dalam-dalam sebelum menatap Vivienne yang tertangkap. "Sekarang kau akan bicara," katanya dengan dingin. "Siapa lagi yang terlibat dalam rencana busuk ini?"

Vivienne tertawa sinis, meskipun wajahnya penuh dengan keringat dan ketakutan. "Kau pikir aku bekerja sendirian, Elara? Ada seseorang yang lebih dekat denganmu daripada yang kau kira. Seseorang yang selalu ada di sisimu, mengawasi setiap langkahmu," ucap Vivienne dengan mata yang bersinar licik.

"Alaric hanyalah permulaan," suara Vivienne bergema dalam pikiran Bianca, dingin dan penuh kebencian. "Rencana kami jauh lebih besar daripada yang bisa kau bayangkan. Ini bukan hanya tentang membunuh beberapa orang, ini tentang menguasai seluruh kerajaan."

Sebelum Bianca sempat merespons, Edmund tiba-tiba datang dengan wajah penuh kecemasan. "Yang Mulia, terjadi penyerangan di istana ratu terdahulu!"

"Hahaha HAHAHAHA, bagaimana dengan hadiah ini, Elara? Kau menikmatinya? HAHAHAHA," Vivienne tertawa menyeramkan, menikmati kekacauan yang berhasil ia ciptakan. Amarah membakar dalam diri Bianca. Tanpa berpikir panjang, dia memukuli Vivienne dengan brutal sampai gadis itu pingsan. Adrian, Leonard, Nathaniel, Kaelan, dan Marcus terkejut melihat kekejian yang belum pernah mereka lihat sebelumnya dari Bianca.

Dengan tubuh dipenuhi darah, Bianca berbalik, matanya penuh dengan tekad yang membara. "Kita harus kembali ke istana, sekarang," katanya dengan suara yang hampir bergetar karena kemarahan.

Para suaminya mengikuti di belakangnya, terkejut dan cemas melihat Bianca yang sangat marah. Mereka tahu bahwa malam ini, kerajaan akan mengalami perubahan besar, dan mereka harus bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

"Manusia menjijikkan itu telah membangkitkan iblis yang tertidur," pikir siapapun yang melihat kengerian Bianca malam ini.

____________________________________

TO BE CONTINUED
____________________________________

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang