Chp. 21: Maaf, aku tidak bisa janji

623 47 0
                                    

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Acara perburuan telah berakhir dengan gemilang. Adrian, dengan kehebatannya, berhasil menjadi pemenang utama setelah melawan seekor beruang yang ganas. Sorakan dan tepuk tangan meriah menyambut keberhasilannya, menggema di seluruh area perburuan. Para tamu, baik bangsawan maupun rakyat biasa, bersorak gembira melihat aksi heroik Adrian.

"Yang mulia Adrian, kau benar-benar hebat!" teriak seorang bangsawan dengan kagum.

"Terima kasih, semuanya," jawab Adrian dengan senyuman lebar, mengangkat trofi simbolis kemenangannya tinggi-tinggi.

Meskipun begitu, semua orang yang turut hadir dalam perburuan hari itu mendapatkan hadiah sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka. Suasana hati yang gembira menyelimuti seluruh kerumunan. Mereka bergabung dalam keramaian dan merayakan hasil perburuan mereka bersama rakyat Eldoria. Festival itu terus berlanjut hingga larut malam, diwarnai dengan tawa, musik, dan kebahagiaan yang melingkupi seluruh istana.

Bianca, yang awalnya ikut dalam keceriaan itu, mulai merasa membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Dengan hati-hati, dia menjauh dari kerumunan, mencari tempat yang tenang di taman istana yang dipenuhi bunga-bunga indah yang mekar. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang cantik, memberikan kilauan magis pada rambutnya yang terurai.

Dia duduk di bangku taman, merenung dan menikmati keheningan yang langka di tengah hiruk-pikuk festival. Tak lama kemudian, langkah kaki yang familiar terdengar mendekat. Leonard, salah satu dari suaminya, datang dengan membawa dua gelas minuman di tangannya. Dia menghampiri Bianca dengan senyuman hangat yang jarang terlihat.

"Apa yang kau lakukan di sini sendirian, Elara?" tanya Leonard, menyerahkan salah satu gelas minuman kepadanya.

Bianca menerima gelas itu dengan senyuman lembut. "Hanya mencari sedikit ketenangan. Terima kasih, Leonard."

Leonard duduk di sampingnya, menghirup minumannya. "Kadang, keramaian bisa terlalu berlebihan, ya?"

Bianca mengangguk setuju. "Benar sekali. Kadang, aku merasa butuh waktu untuk menyendiri dan merenung."

Leonard menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku mengerti. Tapi ingat, kau tidak pernah sendirian."

Malam itu, Leonard bersikap sangat hangat dan perhatian, membuat Bianca merasa nyaman. Mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari kenangan masa lalu hingga harapan-harapan di masa depan.

"Leonard, apakah kau bisa terus seperti ini untuk selamanya?" tanya Bianca dengan tatapan melamun. "Supaya ketika Elara kembali, dia tidak terkejut dengan perubahan sikap benci kalian."

Leonard tersenyum tipis, "maaf, aku tidak bisa janji."

Bianca hanya tersenyum membalasnya, mungkin ada sebuah alasan yang tidak bisa diungkapkan oleh Leonard, maupun suami Elara yang lain. Malam itu terasa begitu tenang dan penuh kehangatan, seolah semua masalah yang ada di dunia ini lenyap sejenak.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang