Chp. 39: Hanya Milikku

659 41 0
                                    


____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

"Selamat datang kembali, Elara," kata Felix dengan senyum licik.

Bianca mengernyit, matanya beralih pada seseorang yang duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan lembut. "Edmund?" panggil Bianca dengan setengah sadar.

Edmund menganggukkan kepala, tersenyum lembut. "Iya, ini aku sayang," jawabnya, sambil mengusap lembut rambut Bianca.

Sejenak, hening menyelimuti ruangan. Kesadaran Bianca perlahan kembali sepenuhnya. Dia terkejut, segera menarik tangannya dari genggaman Edmund dan mundur. "Apa yang terjadi? Kau... kau pengkhianatnya?" tanya Bianca dengan suara bergetar, matanya memandang Edmund dan Felix bergantian.

Ekspresi Edmund berubah menjadi tidak suka. "Aku bukanlah pengkhianat, sayang. Aku adalah jodohmu yang sebenarnya, bukan mereka," jawab Edmund dengan nada keras kepala.

Bianca menggelengkan kepala kuat-kuat. "Kau gila, Edmund! Kau gila!" teriaknya, penuh ketakutan dan kemarahan.

Mendengar itu, wajah Edmund berubah marah. Dengan cepat, dia mencekik leher Bianca dengan kuat, membuat Bianca kesulitan bernafas. Matanya membelalak, tubuhnya berusaha melawan. Tapi tak lama kemudian, Edmund tersadar dan melepaskan cekikannya, panik dan cemas. "Maaf... maafkan aku, Elara," ujarnya, berulang kali mengecek leher Bianca.

Bianca menepis tangan Edmund dengan kasar, menatapnya tajam. "Mengapa kau melakukan hal sekeji ini, Edmund? Mengapa kau tega mengkhianatiku?" tanyanya, suaranya penuh luka.

Edmund menunduk, menggenggam tangan Bianca dengan erat meskipun Bianca berusaha melepaskan. "Aku mencintaimu, Elara. Aku sudah mencintaimu jauh sebelum kau mengenal Wilder, Cedric, Alaric, Adrian, Leonard, Nathaniel, Kaelan, dan bahkan Marcus. Tapi kau melupakan aku, mengabaikan aku. Aku menunggu kesempatan ketika Wilder melakukan aksinya untuk membunuh mereka, tapi dia gagal. Oleh karena itu, aku membunuhnya, supaya dia tidak mengganggu lagi. Karena kau terlalu baik, Elara. Kau membiarkan Wilder diasingkan. Lalu, aku pikir semua berakhir, tapi ternyata kau menikahi mereka. Mengapa aku dilupakan, Elara? MENGAPA?!" suara Edmund naik, penuh emosi.

Bianca tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Wilder, dia adalah tokoh antagonis yang sangat terobsesi dengan Elara. Kisah akhir hidupnya adalah diasingkan, namun di dalam novel dijelaskan jika Wilder meninggal dengan misterius.

"Kau... kau yang membunuh Wilder?" bisiknya, tidak percaya. Hatinya terasa hancur lebih lagi, mengetahui pria yang dia percayai selama ini adalah pembunuhnya.

Felix tertawa kecil, menimpali. "Lalu dia menyusun rencana dengan aku, karena dia tahu aku punya dendam dengan kerajaan Eldoria. Kau tahu, Elara? Ada rahasia besar yang kau tidak tahu."

Bianca menatap Felix dengan tajam. "Apa? Apa lagi sekarang?"

Felix tersenyum lebar, menikmati ketegangan. "Baiklah, karena kau penasaran, aku akan memberitahumu. Kita adalah sedarah. Kita adik kakak, Elara. Hahaha, sebuah berita yang mengejutkan bukan? Ayah kita meninggalkan ibuku sendirian hanya karena ibumu, Elizabeth! Aku benci mereka karena membuat ibuku terluka! Tapi, aku lebih benci paman dan bibiku yang mengabaikan hal ini. Mereka terlalu baik hati, itu membuatku muak! Muak melihatmu bahagia di atas penderitaan orang lain!"

Bianca tidak tahu harus berkata apa. Perasaan campur aduk menguasai hatinya, antara benci, marah, dan duka. "Kau... kau saudara kandungku?" bisiknya lemah, sulit menerima kenyataan itu.

Felix melanjutkan dengan tawa jahat. "Kau tahu? Bagaimana ibumu memohon ampun di bawah kakiku? Ah, betapa senangnya aku melihat dia memohon-mohon untuk tidak melukaimu. Hahaha, jika melihatnya memohon-mohon seperti itu sampai dia mati, itu membuatku semakin puas!"

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang