Chp. 22: Ternistakan

554 48 1
                                    

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Dengan langkah cepat, Bianca mencari Cedric. Ia menemukannya di taman belakang istana, duduk di bangku taman dengan kepala tertunduk. Bianca mendekatinya perlahan, mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Cedric," panggilnya lembut.

Cedric mengangkat kepalanya, mata merah karena menangis. "Apa lagi, Ayunda? Kau datang untuk mengatakan betapa kau mencintai Felix?"

Bianca menggelengkan kepala, meraih tangan Cedric. "Tidak, Cedric. Aku datang untuk meminta maaf. Aku tidak pernah bermaksud melukaimu. Lagipula, aku marah karena kau bersikap tidak sopan dan tidak seperti biasanya kau seperti ini. Sebenarnya ada apa?"

Cedric menatap tangan Bianca yang menggenggam tangannya. "Aku hanya... aku merasa diabaikan, Ayunda. Aku merasa ayunda lebih memilih mereka daripada aku."

"Ayunda sudah tidak mempedulikan aku ketika sudah menikah. Aku merasa sendirian," ucap Cedric dengan murung.

Bianca tersenyum terharu melihatnya, ternyata masih ada orang yang menyayangi Elara. Sekaligus, Bianca merasa lega, karena pikirannya salah, Cedric hanya menyayangi Elara sebagai kakaknya saja.

Bianca menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Cedric, aku menyayangimu. Kamu adik ku. Tidak mungkin aku melupakan mu."

Cedric menatap mata Bianca, mencari kejujuran dalam kata-katanya. "Apakah kau benar-benar menyayangi ku, Ayunda? Apakah aku masih berarti bagimu?"

Bianca mengangguk, ia menghapus jejak air mata mengalir di pipi Cedric. "Tentu saja, Cedric. Kau sangat berarti bagiku. Aku tidak akan pernah melupakanmu atau mengabaikanmu. Kau adalah bagian penting dari hidupku."

Cedric menarik Bianca dalam pelukan erat, merasakan cinta dan kehangatan yang selama ini dirindukannya. "Maafkan aku, Ayunda. Aku terlalu takut kehilanganmu."

Bianca membalas pelukan Cedric dengan erat, merasakan ketenangan yang sudah lama hilang. "Aku juga minta maaf, Cedric. Aku akan berusaha lebih baik untuk membuatmu merasa dicintai dan dihargai."

"Aku juga tidak ingin kehilangan mu, Ayunda." Ucap Cedric dengan suara rendah seraya mengeratkan pelukannya.

***

Nathaniel duduk di sudut kamar, tangannya gemetar hebat saat memegang pisau kecil. Kenangan kelam dari masa lalunya muncul tanpa henti, memutar kembali setiap luka dan penderitaan yang pernah dialaminya. Ketakutan dan rasa sakit menguasai pikirannya, membuatnya sulit untuk bernapas.

Tanpa sadar, Nathaniel mulai menyayat pergelangan tangannya, mencoba melarikan diri dari rasa sakit batin yang tak tertahankan. Darah mulai mengalir, menetes ke lantai, menciptakan genangan kecil yang semakin membesar.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang