Chp. 28: Hancur

584 43 0
                                    

kiw kiw, udah di chapter 28 aja nihh...
sejauh ini, gimana sama ceritanya? coba komen ya bestie.

sejauh ini, gimana sama ceritanya? coba komen ya bestie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

HAPPY READING
____________________________________

Bianca menyambut Felix yang datang ke kerajaan Eldoria dengan senyuman hangat. Di sisinya, Alaric berdiri dengan sikap waspada, selalu setia menjaga Ratu mereka.

"Selamat datang, pangeran Felix. Senang sekali bisa melihatmu di sini," ucap Bianca dengan ramah, tangannya melambai untuk menunjukkan keramahan.

"Terima kasih, yang mulia ratu Elara. Ini adalah kehormatan besar," balas Felix, matanya penuh kekaguman saat dia melangkah masuk bersama Bianca.

Mereka berjalan memasuki istana sambil berbicara ringan tentang rencana mereka untuk berkeliling kota. Namun, di tengah perjalanan, mereka tiba-tiba melihat Vivienne jatuh secara dramatis di lantai marmer. Bianca segera mengulurkan tangannya dengan niat tulus untuk membantu.

"Vivienne, kau tidak apa-apa?" tanya Bianca dengan nada khawatir, mencoba mendekat.

Namun, ketika Vivienne menggenggam tangan Bianca, dia dengan sengaja melepaskan genggaman itu dan jatuh lagi dengan keras, seolah-olah Bianca mendorongnya. Bianca terkejut, dan ekspresi herannya tercermin jelas di wajahnya.

Vivienne mulai menangis dengan keras, menarik perhatian orang-orang di sekitar. Alaric dan Felix langsung mengalihkan perhatian mereka kepada Bianca, khawatir akan keadaannya.

"Yang mulia, anda tidak terluka, kan?" tanya Alaric dengan nada cemas, matanya mencari tanda-tanda luka pada Bianca.

"Hikss s-sakit huhuhu, yang mulia kenapa mendorong ku hiks," tangis Vivienne tersedu-sedu.

"Vivienne, aku melihat jelas bahwa kau yang melepaskan genggaman yang mulia," kata Felix dengan tegas, matanya tajam menatap Vivienne yang tampak terkejut.

"A-Apa? Tidak! Itu tidak benar! Yang mulia mendorongku!" teriak Vivienne dengan nada marah dan menuduh, air mata masih mengalir deras.

Felix menatap Vivienne dengan tatapan tidak percaya. "Aku melihat segalanya, Vivienne. Jangan berbohong."

Vivienne semakin marah dan wajahnya memerah karena malu. Dia terus mengelak dengan keras, meski semua bukti menunjukkan kebalikannya.

Felix mengabaikan perdebatan itu dan berkata kepada Bianca dengan penuh keyakinan. "Yang mulia, ayo kita pergi."

Felix memandu Bianca pergi, diikuti oleh Alaric yang masih menatap Vivienne dengan penuh kewaspadaan. Dia terus berkomentar dengan nada geram, mengekspresikan frustrasinya terhadap sikap Vivienne yang menurutnya sudah melewati batas.

"Orang seperti itu benar-benar tidak tahu diri, sudah diberikan kesempatan malah bersikap seperti itu," katanya dengan suara bergetar, kemarahan terbayang jelas di wajahnya.

Beyond The Final Chapter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang