1. Goresan kisah masalalu

21.3K 1.3K 71
                                    

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca⚘❤

Terimakasih❤
.
.
.
.
.
.

Kala itu di malam yang penuh bintang, senandung nyanyian lembut yang keluar dari bibir seorang wanita cantik terdengar begitu merdu.

Wanita yang sedang bersenandung itu terlihat sedang memangku seseorang, seorang anak kecil yang begitu mungil.

"Mama kapan Milo bica pulang lacana di cini cangat membocankan. Milo ingin liat bunga langit yang ada di lual
jendela mama...," balita berusia tiga tahun di pangkuan sang ibu lantas mengutarakan keinginannya.

"Bunga langit? Apakah di langit ada bunga? bunga apa yang tumbuh di langit?" sang ibu sedikit kebingungan dengan ucapan putranya.

"Bunga langit tuh loh yang belbunyi, duall..dualll...cepelti petil!" serunya amat ceria. Matanya berbinar setelah mengatakan kalimat itu, sebuah keinginan yang amat murni dari seorang anak yang bahkan tak pernah melihat dunia luar.

"Maksud putra mama adalah kembang api?" tanya sang ibu sembari menerka-nerka perkataan putranya.

"Jadi namana bunga langit tu kembang api? apa cama cepelti kembang gula yang mama belikan?"

"Haha!" sang ibu kemudian tertawa mendengar ungkapan polos putranya. "Kedua hal itu amat berbeda sayang," lanjutnya menjelaskan seraya masih disertai dengan kekehan kecil. Kenapa putranya menyamakan manisan yang bisa dimakan dengan bahan yang bisa meledak? Ada-ada saja.

Balita di pangkuannya sedikit cemberut karena sang ibu malah menertawakan pertanyaannya.

"Sayang kamu lucu...." Wanita itu sedikit mengusap air mata di pelupuk matanya seraya memuji tingkah putranya. Tatapannya berubah sedih kenapa anak kecil selucu ini tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri?

"Mama ayo kita kabul dali daddy caja..." Topiknya dengan cepat berganti, entah kenapa si kecil dengan cepat menyadari raut lelah dan sedih dari sang ibu. Mamanya memang sedang tersenyum karena ungkapan polos darinya, namun ia tahu bahwa wanita itu sedang memikirkan hal lain yang mungkin jauh lebih melelahkan.

"Mama tidak bisa..., daddymu akan menemukan kita..."

"Yacudah kita kabul ke planet lain caja! kita tinggal belcama alien, daddy tidak akan menemukan kita."

Sang ibu tersenyum, Emilo bayinya yang pintar dan lucu selalu saja bisa mengalihkan suasana.

"Akan mama pikirkan nanti..."

Lagi-lagi Emilo cemberut tampak tidak puas dengan jawaban ibunya kenapa harus di pikir-pikir lagi? Kan tinggal kabur saja apa susahnya?

Percakapan kecil itu lantas berakhir karena udara malam yang semakin dingin, sang ibu lekas menggendong tubuh rapuh putranya masuk ke dalam sebelum si kecil kedinginan. "Ayo masuk, udara semakin dingin di luar..."

"Milo macih ingin liat stal mama..." Balita di gendongannya terlihat cemberut tidak terima jika di bawa masuk oleh sang ibu.

"Di luar dingin kita melihat bintang dari balik jendela saja. Atau paman dokter akan menyuntik putra mama bila tidak patuh."

Emilo mulai merapatkan diri dalam buaian sang ibu, agaknya ia takut ketika mendengar tentang jarum suntik.

"Milo takut jalum cuntik!" Sudah berkali-kali tubuh rapuh nan mungilnya tertusuk jarum namun balita mungil itu masih saja ketakutan dengan jarum suntik.

"Makanya harus patuh agar tidak kena suntik."

"Milo cetiap hali cudah patuh, tapi doktelna nakal..."

"Bukan dokternya yang nakal tapi putra mama..." Sang ibu menoel lembut pipi putranya.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang