10. Ulah yang berbalik.

9.1K 1K 50
                                    

Morning~❤

Selamat hari senin haha

Tekan bintang dulu sebelum membaca.
.
.
.
.
.
Typo tandai!
.
.
.
.
Alopex, sang rubah dewa terlihat sedang tiduran di atas meja yang  penuh akan hidangan dengan perut mengembung seperti balon.

Beberapa detik kemudian mata rubahnya terbuka, mata merah itu terlihat bersinar dan memicing, Alopex rupannya merasakan tanda bahaya.

Karena tak kuat berjalan dan berlari akhirnya Alopex putuskan untuk melayang mencari tuannya.

"Tuannn!" Bola bulu itu berteriak dengan suara nyaring ke arah sekeliling. Alopex tidak peduli bahwa orang lain akan mendengarnya karena yang bisa mendengar suaranya hanyalah Emilo seorang.

Dari kejauhan Alopex melihat punggung penuh lipatan lemak sedang terlihat makan sesuatu sambil duduk di atas kursi.

"Jangaaaannn dimanaakannn!" Alopex seketika melayang kearah Emilo, namun terlambat kepala kecil itu sudah terkulai diatas meja. Alopex lantas mendekat dengan panic.

"Tuaannn huhu bangunnn!" Alopex mengguncang tubuh Emilo dengan kakinya. "Huhu jangan tinggalkan saya tuan." Hidung rubahnya mengendus-ngendus rambut lebat Emilo.

Setelah beberapa menit menangis dan tidak mendapatkan respon yang berarti Alopex mulai terlihat murung.

"Sepertinya aku akan di hukum karena melalaikan tugas." Alopex mulai berwajah sedih.

Namun saat pikirannya melayang entah kemana telinga rubah itu tiba-tiba mendengar dengkuran halus yang terdengar dari arah Emilo.

"Eh?!" Alopex seakan tersadar sesuatu jangan-jangan--. Hidung rubahnya kemudian menggendus roti mentega yang tersisa di atas meja.

"Ah ini hanya bisa membuat tuan bayiku tertidur. Dasar tidak berguna." Alopex seketika menendang roti itu.

Kekenyangan ternyata membuat Alopex jadi sedikit lebih bodoh. Ia berpikir itu adalah racun mematikan. Alopex tadi secara tidak sengaja mengendus udara dan merasakan bahwa tuannya dalam bahaya. Karena sihirnya yang di tekan membuat Alopex berpikir bahwa Emilo akan menjadi lemah namun ternyata ia salah.

Alopex memandang roti yang berserakan, tidak ada yang memperhatikan karena para kakak-kakak Emilo dan juga para tamu sedang sibuk menikmati pesta. Erico yang di suruh menjaga Emilo pun sedang berada di kamar mandi.

Alopex melihat roti yang berserakan di lantai sayang sekali bila di buang. "Aku punya ide!" Alopex lalu mengucapkan mantra agar roti-roti itu melayang mengikutinya. Entah kemana rubah berbulu itu pergi dan apa rencananya hanya ia yang tau.
.
.
.
.
.
Erico menghampiri adiknya yang terlihat tertidur dengan kepala terkulai di atas meja. Ia ingin menggendong buntalan itu tapi Alaric lebih dulu datang menggendong putra bungsunya.

"Ayah akan membawanya pergi," Alaric berkata dengan datar seperti biasanya. Pesta belum usai namun Alaric sudah cukup bosan.

"Ayah pestanya bahkan belum selesai." Erico mengikuti Alaric menuju pintu keluar bersama para penjaganya. Ia tidak rela adiknya di bawa pergi mereka baru bermain sebentar karena bocah gendut itu lebih tertarik dengan makanan daripada mengobrol atau melakukan sesuatu dengan saudaranya yang lain.

"Pestanya membosankan kau saja yang gantikan ayah," Alaric berkata dengan nada malas seperti biasanya.

'Dasar orang tua,' batin Erico menahan kesal, beberapa detik kemudian otak pintarnya seakan terpikirkan oleh sesuatu.

"Ayah ijinkan aku mengunjungi adik besok! maka aku akan gantikan kau mengobrol dengan para orang tua itu!" Erico berseru sebelum Alaric sampai pada daun pintu.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang