8. Menghadiri pesta.

8.8K 1K 60
                                    

Haloooo!

Aku ketiduran semalam maaf yahh😣

Note dibaca!

Btw akuu kalau ngetik tuh kadang malam soalnya harus nyelesaiin pekerjaan dulu karena penulis juga bukan pengangguran jadi harap sabar yah nunggu up pan dari aku.😘

TEKAN BINTANG DULU SEBELUM MEMBACA.
⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝♡

Typo tandai!
.
.
.
.
.
.
"Salam yang mulia, berkah dan keagungan bagi matahari damaskus." Jack membungkukkan badan seraya mengucapkan salam pada penguasa tertinggi kekaisaran.

"Dimana putra bungsuku." Tanya Alaric sembari melepaskan jubah merah khas seorang pemimpin dan menyerahkannya pada Jack.

"Pangeran ada di dalam sedang menggambar yang mulia." Jack menjawab seraya melipat jubah merah itu dengan rapih.

Alaric mengangguk sembari melangkahkan kakinya menuju tempat putra bungsunya berada. Dapat mata birunya lihat si bulat itu sedang menggambar di atas karpet seraya memakan berpiring-piring kue bolu kukus yang baru saja matang dari oven.

Alaric berkacak pinggang, kaisar tampan itu mulai geleng-geleng kepala. "Sudah ayah katakan untuk tidak makan terlalu banyak...," celetuknya.

Emilo menoleh ke arah sang ayah yang berada tepat di belakangnya.

"Aywaa!" ( Ayah!) mulutnya penuh jadi Emilo hanya dapat berbicara dengan tidak jelas. Mahluk berlemak itu kemudian berlari untuk menumbruk kaki Alaric dan bergelantungan seperti seekor bayi monyet.

"Cwelamat dwaatang aywaa hehe."

"Telan dulu baru berbicara."

Gluk!

"Celamat datang ayah Milo lindu ayah bannak-bannak!"

Alaric lantas menggendong putra bungsunya, ia menyodorkan pipi meminta sebuah ciuman.

Cup...cup...cup. Pipinya di kecup secara brutal bahkan air liur Emilo menempel pada rahang tegas sang ayah.

"Hehe," Emilo malah tertawa riang, sesekali si gendut itu akan menepuk pipi sang ayah dengan tangannya yang berlemak.

"Ingat untuk tidak makan terlalu banyak? Kau tidak mendengarkan ayah?" Alaric memulai percakapan karena matanya tadi sempat melihat banyaknya piring-piring camilan yang baru saja dihabiskan sendiri oleh sang putra.

"Ayah kalau Milo tidak makan bannak ntal Milo cekalat tluc kalau Milo cekalat ayah juga yang lepot," ujar Emilo seenaknya sendiri. Lagi pula porsi makanya sudah di kurangi, kenapa harus di kurangi lagi, ayahnya benar-benar tidak perperi ke makanan.

"..." Alaric diam tidak merespon, kaisar tampan itu berusaha memahami perkataan putra gendutnya yang cukup aneh.

"Ayah liat bolu ni kalau bolu ni tidak Milo makan ntal meleka nangic loh."

"Bolu tidak bernyawa," ujar Alaric sekenanya.

"Ayah calah, bolu ni ketika meleka macuk dalam pelut, meleka akan bahagia dan Milo akan kenyang." Emilo lalu menepuk perut buncitnya dengan bangga.

"Kau tidak akan kenyang hanya dengan dua atau tiga makanan." Alaric tahu itu, Emilo adalah bayi titan sudah pasti nafsu makannya juga sangat besar.

Yang membuat Alaric melarang Emilo untuk makan terlalu banyak karena putra gendutnya itu jika terlalu banyak memasukan makanan ke badan bulatnya, Emilo tidak akan bisa bergerak secara bebas.

Napsu makannya yang besar membuat badan Emilo sering kali lupa dalam mengontrol banyak makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, sehingga ketika Emilo merasa kenyang tubuh bulat itu akan tepar seharian dan sulit di gerakkan.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang