7. Ingin keluar

9K 993 60
                                    

Halooo sebelum membaca tekan bintang dulu yahh terimakasih.

Maaf Milo lama tidak menyapa karena penulisnya benar-benar sibuk hiks.

Typo tandai onty uncle!
.
.
.
.
.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun seperti itulah perputaran waktu.

"Cwiccc-cwicc!" Emilo berputar, tangan gembulnya memegang sebuah mainan kayu berbentuk burung kecil. Paman Jack baru saja memahatnya untuk hadiah. Sekarang usianya sudah empat tahun, lebih besar satu tahun ketika ia meninggal dulu.

Emilo hampir tidak mengingat kehidupan lalunya, seiring pertumbuhannya, si gembul yang super bulat itu hanya mengingat sedikit kehidupannya yang dulu.

"Bulung telbang ke langit cwiccc cwicccc." Emilo kembali berputar mahluk gembul nan bulat itu ibarat sebuah bola besar yang menggelinding ketika ia berlari dan berputar dengan kaki pendeknya yang gembul.

Alopex memandang tuannya dengan malas. Ia asik mengunyah kue mentega seraya rebahan di atas sofa.

"Apa yang membuat anda begitu senang tuan? saya bahkan bisa menangkap burung yang jauh lebih besar untuk anda dan yang pasti burung hidup bukan benda mati seperti itu."

"Tapi bulung ni cangat belhalga, paman Jack memahatna ketika Milo teltidul. Paman Jack cangat pelhatian!"
Emilo kecil memang sering kali melihat paman Jack memahat burung kecil itu ketika ia tidak sengaja terbangun dari tidur.

Paman Jack sering kali menemani Emilo tidur ketika kaisar Alaric sang ayah sibuk dan tak sempat mengunjungi istana lavender. Emilo takut tidur sendirian karena tuan hantu pasti datang mengintai dari balik kegelapan.

"Tetapi tampaknya anda sangat menyukai benda mati itu tuan. Kalau anda mau saya bisa menyihir burung itu menjadi hidup?"

"Benalkah hebat cekali! bagaimana calana, apa Milo juga bica cihil."

"Bisa tetapi anda akan menghancurkannya. Karena Anda hanya bisa menghancurkan barang...," Alopex berkata dengan malas seraya masih asik merebahkan diri di atas sofa. Rubah itu nyatanya sudah cukup kekenyangan.

Emilo cemberut dia menghampiri Alopex yang masih terlihat asik rebahan di atas sofa, bahkan rubah itu terlihat mulai memejamkan mata dengan mengaruk perutnya yang bundar.

Dueng!

Emilo dengan tiba-tiba menggetok kepala rubah itu dengan kepalan tangan gempalnya yang gembul dan kuat.

"Ahhh tuaann!" Alopex memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Jika ia bukan rubah dewa sudah di pastikan kepalanya akan remuk dan hancur.

"Nakal cih kena pukulkan belanina ejek Milo. Milo nih putla ayah yang kuat tau jangan macam-macam atau ntal jadi lemahan."

Alopex mengabaikan hal itu, ia kemudian melompat keluar melalui jendela dan mendengus untuk mengejek Emilo, lagi pula hal itu memang kenyataan, sekarang waktunya jalan-jalan dan mengintip untuk mengumpulkan informasi.

Tidak ada yang bisa melihatnya ia bebas berkeliling kemanapun. Biarkan tuan bayinya sendiri, ia akan merasakan bagaimana bila ditinggal pelindung rubahnya yang lucu dan menggemaskan.

"Focii Kalau lama-lama ntal makan ciangna dan kudapan manicna Milo habickan loh. Jangan lama-lama kelualna!" teriak Milo dari jendela. Bayi gembul itu tau bahwa si rubah sedang ngambek. "Benal-benal cepelti anak kecil," komentarnya sok dewasa.

Telinga runcing Alopex seketika bergerak ketika mendengar tentang makanan ia lantas menghampiri tuannya lalu dengan cepat menduselkan tubuhnya pada badan bulat Emilo.

"Tuan jangan habiskan makanannya sisakan untukku aku hanya akan berkeliling sebentar. Tuanku sangat baik dan menggemaskan."

Emilo menatap Alopex. Cepat sekali rubah ini mendatanginya jika itu soal makanan. Terkadang mereka harus berebut makanan karena tuan dan majikan itu memang suka sekali makan.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang