3. Kehidupan baru.

10.6K 1.1K 60
                                    

Halo!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca.

Terimakasih❤⚘
.
.
.


Emilo belum sepenuhnya bisa melihat dengan jelas. Saat pertama kali jiwanya melayang dan membentuk sebuah raga, ia sering mendengar sebuah nyanyian mungkin itu nyanyian, dari ibunya, tetapi dari ibu yang berbeda. dan sekarang ketika ia lahir ke dunia Emilo dapat merasakan dekapan hangat dari tangan besar seseorang.

Ia membuka matanya yang bewarna ungu kristal untuk melihat, namun hanya bayangan buram yang ia dapatkan dan siulet seseorang dengan rambut putih keperakan. Samar-samar bau sandalwood (kayu cendana) tercium. Bau maskulin yang menenangkan.

"Apa ayah membangunkanmu? Tidurlah lagi malam masih sangat larut."

Perlahan Emilo menutup matanya karena perintah dari suara itu. Ia kembali merasakan usapan hangat di kepalanya.

Apa itu ayah barunya? Apa suara serak dan berat itu adalah suara sang ayah? Emilo tidak mengerti bayi itu hanya bisa menutup mata ketika usapan lembut itu begitu merasuk dalam jiwanya hingga membuatnya mengantuk dan kembali memejamkan mata.

"Putraku memang pintar, Tidurlah yang tenang..."

Orang yang sedari tadi mengusap kepala Emilo tak lain dan tak bukan adalah Kaisar Alaric. ia baru saja pergi ke acara pemakaman Esmeralda, ibu dari putra bungsunya dan langsung kemari untuk melihat bayi merah itu. Sungguh suasana hatinya menjadi tenang saat melihat raut muka mengemaskan nan polos dari sang putra. Ia sepenuhnya mengabaikan duka lara ketika di tinggalkan oleh wanitanya.

Sekarang Ia harus fokus pada pertumbuhan sang putra pelita hati yang ditinggalkan oleh sang istri. Alaric harus benar-benar menjaganya dengan baik, ia sudah berjanji.

Perlahan Kaisar Alaric juga mulai merebahkan diri dan menutup kelopak matanya ia amat kelelahan. Menjadi kaisar nyatanya tak mudah. Ia lebih suka menjadi jendral perang yang menebas kepala-kepala musuh. Andai kejadian itu tak terjadi Alaric tak mungkin mau naik ke kursi tahta.

"Selamat tidur..."

***

"Tuan...."

"Bangulah tuan...."

Emilo menerjabkan matanya. Apa ia mati lagi padahal baru beberapa jam lalu Emilo ingat bahwa ia menjadi seorang bayi yang baru saja lahir kenapa harus mati lagi sekarang.

"Anda tidak mati tuan, saya hanya menarik jiwa anda, mungkin lebih tepatnya anda sekarang sedang bermimpi."

"Foxi!" Emilo berseru ketika melihat rubah yang mirip sekali dengan boneka di dunianya dulu, ternyata rubah itulah yang sedari tadi berbicara. Anak itu sama sekali tidak takut karena memang Alopex lucu sekali. Kalau berbentuk mini memang lucu tapi kalau berbentuk besar seperti raksasa apa mungkin tetap lucu?

Emilo lantas dengan semangat menghampiri rubah itu dan memeluknya erat, Emilo sepenuhnya mengabaikan tentang kenapa rubah yang mirip seperti bonekanya dapat berbicara layaknya manusia.

"Tuan, Dewi kehidupan menyuruh saya untuk menjelaskan sesuatu,"

"Menjelackan apa Foci?" Emilo memiringkan kepalanya dengan bongung. Bocah itu juga terlihat asik menciumi dan mengeluskan pipinya pada bulu halus Alopex hingga sang rubah lagi-lagi memerah malu karenanya.

"Tuan anda tau sebenarnya jiwa anda telah beringkarnasi dan berpindah ke dalam buku yang ibu anda bacakan terakhir kali sebelum anda meninggal."

"Memangna buku apa yang Milo baca Milo benal-benal lupa?" Emilo seketika lupa tentang buku apa yang sudah ia baca. masih bayi pun sudah terkena penyakit pelupa?

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang