20. Sebuah firasat.

5.5K 769 32
                                    

Holaaa!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca.

TERIMAKASIH❤⚘

TYPO TANDAI!
.
.
.

Di sebuah ruangan yang banyak terdapat cahaya lilin di dalamnya seorang pria tua terlihat sedang melakukan sebuah ritual.

Banyaknya sorot cahaya lilin tak membuat ruangan itu seketika bercahaya, malah terlihat semakin gelap, suram serta menakutkan.

Asap hitam mengepul mengelilingi sebuah mangkuk berisi darah yang memang si sosok berjubah hitam itu sediakan. Sebuah pentagram yang tertulis dengan darah juga terlihat semakin bersinar.

Lalu sebuah sosok hitam muncul, sosok hitam mengerikan. Si pria tua yang memakai jubah lantas bersujud.

'Bunuh anak itu.'

'Aku ingin darahnya...'
.
.
.
.
.
Malam semakin larut tetapi Emilo tidak juga mau memejamkan mata, balita itu malah bersembunyi di balik selimut dengan menyalakan sebuah senter kecil.

"Foci bangun!" Emilo dengan topi rajut berbentuk kepala pinguin serta baju tidur dengan motif pinguin juga mulai duduk bersila untuk membahas sesuatu, entah kenapa malam ini tiba-tiba Emilo gendut itu cukup penasaran tentang si Smith-Smith kakek tua yang ia temui tempo hari. Ia lantas menggeplak kepala Alopex dengan tangan gendutnya agar rubah itu tak jadi memejamkan mata.

Alopex yang mendapatkan kekerasan tiba-tiba kemudian terbangun rubah itu juga melotot lucu ke arah Emilo."Ada apa tuan? kenapa anda tak tidur?" Alopex menguap hingga menampakan taring tajamnya yang mungil.

"Foci ingat tidak dengan kakek tua yang centuh Milo tempo hali? ciapa cih dia tu napa ada hawa iblic di tubuhnya apa kakek tu iblic nelaka? Celam cekali."

"Hah. Saya merasakan sebuah energi jahat dalam tubuhnya tuan jangan dekat-dekat dengannya jika kakek itu mendekat pukul saja kepalanya atau tendang saja tubuhnya seperti orang botak yang telah menghina anda," Kata-kata Alopex nyatanya merujuk pada Baron Johan. Rubah itu ingin tertidur kembali namun telinganya sudah lebih dulu di tarik oleh Emilo.

"Jadi olang tu bukan iblic dali nelaka?"

"Saya tidak tau tuan, cobalah tanya dewi kehidupan karena dia adalah dewi dunia ini." Alopex hanya rubah dewa yang disuruh menjaga Emilo, mengenai Aldoria rahasia dan orang-orangnya yang mengetahui hanya dewi kehidupan. Kemampuannya terbatas. Tugasnya hanya sampai Emilo menghancurkan alur dengan tidak membiarkan Jonathan menjadi seorang pemimpin, dewi kehidupan juga berpesan hal itu kepadanya.

"Bagaimana calana Milo bica beltana?"

"Tentu saja harus mati, memangnya apa lagi?" Alopex berkata santai seolah hal itu bukan perkara besar.

Plak!

Tamparan keras dari tangan gendut itu akhirnya Alopex dapatkan, rubah itu berguling di atas dipan kepalanya berdenyut sakit sekilas ia merasakan ada bintang yang mengelilingi kepalanya.

"Foci kenapa belcanda Milo cedang cangat celiuc cekalang!" Emilo mulai cemberut, muka bulatnya hampir meledak karena ia menggembungkan pipi.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang