13. Pengaduan.

6.6K 864 51
                                    

Halooooo!

Yuk yukk jangan pelit bintang yuk tekan dulu!

Typo tandai!
.
.
.


Emilo sedang tiduran di atas tempat tidur sembari menggoyang-nggoyangkan kedua kaki gendutnya. Bayi buntal itu sedang fokus menyusun puzzle.

Tak lama kemudian badan bulatnya ia rebahkan,"Bocanna hali ni..." bayi penuh lemak itu terlihat mulai mengeluh. Mata ungunya lantas memandang langit-langit kamar.

"Main saja di luar tuan," Alopex yang berada di samping Emilo lantas mengusulkan.

"Tidak bica! Milo cedang menghindal dali kak Elico bica-bica Milo culuh cabut lumput lagi kalena culi lamuan padahal Foci yang culuh. Humph!" Emilo mulai menggembungkan pipi. "Cebal cekali lacana."

Alopex. "..."

Kemarin, Emilo di hukum mencabut rumput di halaman oleh Erico karena saat di suruh membuka mulut nafas adiknya memang sedikit bau obat entah apa yang si gembil itu lakukan dengan ramuannya Erico juga tidak mengerti.

Pangeran pertama itu nyatanya hanya ingin sedikit mendisiplinkan adiknya karena takut Emilo berulah lagi dan malah salah menegak racun. Karena selain ahli membuat ramuan sihir Erico adalah si ahli pembuat racun.

Hukuman dari Erico juga hanya sebentar karena Emilo lebih dulu menangis dan berguling-guling di tanah dengan mengatakan. 'Yang culi tuh lubah kakak huwa!' Salahkan saja Alopex yang tak terlihat.

Bosan dengan acara rebahannya, si gembul kemudian berguling dan mendekat ke arah Alopex. "Foci Milo helan apa micina cudah beljalan?" Emilo memandang Alopex yang tiduran di sampingnya dengan tatapan bertanya. Ia sudah keluar dari istana harusnya misinya telah berjalan.

"Tentu saja tuan, anda tau bahwa menolong kelinci adalah bagian dari misi."

"Makcudna? Milo tidak paham." Emilo lantas mengaruk pipinya yang tidak gatal. Balita itu lalu dengan pelan mengambil kue berry buatan paman Jack sembari menunggu Alopex menjelaskan sesuatu padanya.

"Anda sudah menghentikan salah satu kejahatan Jonathan dan sekarang waktunya mengadu."

"Mwengadu cwama cwipa?" ( Mengadu sama siapa) bayi gendut Emilo sedang makan jadi cara bicaranya sedikit tidak jelas.

"Tentu saja pada ayah anda, menurut anda dengan siapa lagi memangnya dan sekarang ayah anda akan pergi ke istana rafflesia kesempatan yang bagus untuk mengadu!" Alopex dengan berapi-api mengatakan idenya itu.

"Tapi foci katana ayah mengadu tu tidak baik loh," Emilo memberi nasihat bijak sembari lagi-lagi melahap kue berry yang terletak di sampingnya. "Kue ni benal-benal enak nyam nyam!"

Alopex lantas menepuk jidatnya, lalu kenapa kemarin Emilo mengadukannya pada Erico kalau begitu?

"Tuan, berbohong demi kebaikan itu di perbolehkan tau. Coba anda pikir jika anda tidak mengadukan hal ini pada yang mulia kaisar sudah pasti kejadian seperti kelinci di penggal akan terulang lagi."

Emilo mengerutkan kening, "Tapi kan kelincina cudah kabul cemua hanna telcica catu di tempat kak Elico. Jadi halucna aman cemua cekalang."

"Tuan, tidak menutup kemungkinan bahwa Jonathan dan ibunya akan menangkap kelinci lagi walau itu di tempat yang tidak bisa di jangkau sekalipun. Anda tau manusia itu lebih licik pemikirannya daripada seekor hewan predator." Alopex menguap, berbicara panjang lebar ternyata membuatnya sedikit mengantuk

Mata bulat nan lucu milik Emilo berkedip berusaha memahami perkataan rubah dewa di hadapannya.

"Um, cetelah Milo pikil-pikil pelkataan Foci ada benalna juga. Tluc apa yang haluc Milo lakukan, dalipada mengadu ke ayah bukana lebih baguc kita ikat caja ci pcicopat lalu tendang bokongna bellamai-lamai?" Emilo tiba-tiba terpikirkan rencana yang lebih menarik.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang