15. Woodcutter

7.9K 967 74
                                    

Halooo!

Untuk menghargai penulis tolong tekan bintang dulu sebelum membaca.

Terimakasih.

.
.
.

Bau hutan, rerumputan dan tanah basah membuat kelopak mata pria tampan yang sedang tertidur itu sepenuhnya terbuka, mata jernih sebiru samudra seketika terlihat. Indra yang begitu cantik seperti warna lautan namun dapat menjatuhkanmu ke dasar palung mariana yang paling dalam.

"Yang mulia..." Wajah bulat perempuan dengan tubuh gempal itu terpampang di depan wajahnya pertama kali. Sangat cantik, sebuah keindahan yang unik dengan versinya tersendiri, Alaric tersenyum dengan begitu tampan, ia lantas mengusap pipi selirnya dengan lembut.

"Aku memimpikanmu lagi..." Suara berat namun lirih itu mengalun membuat sang wanita tersenyum.

Esmeralda melengkungkan bibir hingga mata ungunya yang bewarna ametys melengkung lembut. "Yang mulia, anda terlalu sering mengunjungiku."

Alaric tersenyum, hingga lengkungan bulan sabitnya terlihat, Ia lantas meraih wanitanya untuk sekedar membubuhkan kecupan pada wajah bulat yang sangat mirip dengan seseorang itu siapa lagi kalau bukan sang putra bungsu.

"Yang mulia bagaimana keadaan putra kita?" Esmeralda bertanya sambil menyandarkan kepala pada dada bidang itu.

"Dia tumbuh dengan baik, dia mirip dengan dirimu..." Alaric menghirup lembut rambut yang menebarkan harum bunga peony, ia merindukannya.

"Yang mulia apakah anda begitu menyayanginya?" Esmeralda menatap dalam mata sang kekasih.

"Tentu saja kenapa hal itu harus diragukan? aku adalah ayahnya."

"Syukurlah jika begitu."

Latar berganti secepat sebuah slide film yang berpindah. Terekam jelas di ingatan Alaric bahwa ini adalah latar dimana ia membawa sang istri ke istananya. Kala itu mereka belum menikah.

"Yang mulia apakah anda mencintai saya?" Mata berwarna ungu itu menatap Alaric dengan sebuah tanda tanya besar di kepalanya.

"Tentu saja bahkan aku sangat mencintaimu, perasaan itu tumbuh seiring kita bersama..."

"Begitu banyak wanita cantik yang bersedia menjadi istri anda. Kenapa anda ingin dengan saya."

"Apa cinta harus diungkapkan? perasaan itu hadir dengan sendirinya."

"Yang mulia saya besar dan gemuk jauh dari kata cantik apa anda tak ingin berubah pikiran." Esmeralda berbalik ia tak kuasa menatap mata biru itu, Esmeralda ragu dengan dirinya sendiri.

"Jangan pernah mengatakan bahwa kau tidak cantik. Kekuranganmu adalah kelebihan bagiku."

"Bagaimana dengan selir anda dan juga ratu?"

"Mereka bukan--."

Buram

Samar

Dalam hitungan detik semuanya menjadi gelap, Alaric membuka perlahan kelopak matanya saat merasakan sebuah sengatan kecil di pipi sebelah kirinya.

"Ungghh..," Alaric meleguh, Ayah tampan itu lantas membuka kelopak matanya perlahan untuk melihat siapa kiranya yang mengganggu waktu santai yang ia miliki.

"Ayah bangun!"

Puk puk! pipinya di tepuk oleh tangan gendut itu. Wajah bulat kesekian terlihat lagi. Alaric terkekeh dengan begitu tampan, ia lantas mengusap pipi tegasnya yang sedikit nyeri, terdapat bekas gigitan dari sang putra di sana.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang