21. Kiriman sihir.

5.6K 841 95
                                    

Haloo!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca ❤⚘

TERIMAKASIH!

TYPO TANDAI!
.
.
.

Emilo duduk gelisah di atas kursinya ia memandang ke depan tepatnya ke arah Daeva yang sedang tersenyum. Namun Emilo rasa Daeva tetap menyeramkan walau ia tersenyum lembut seperti itu.

"Aku tak pernah menyapamu dengan benar sebelumnya. Apa kau tau aku siapa?"

'Tentu saja nenek lampil!'

"Yang mulia adalah latu negeli ni." Emilo tersenyum dengan ceria berbanding terbalik dengan hatinya yang baru saja mengatai Daeva nenek lampir.

Daeva tersenyum,"aku minta maaf atas kejadian itu, perihal aku yang menghina ibumu dan menyebabkan kau lepas kendali. Namun memang benar ibumu hanya seorang selir dan memang banyak yang tidak menyukai bangsa titan karena mereka adalah perusak."

Tangan gendut Emilo melengkung lagi-lagi ia terlihat menahan emosi, namun Emilo kecil tetap diam karena takut membuat malu. Dia tidak ada di istananya sekarang, ayahnya juga tidak ada bersamanya, tetapi kata Kaisar Alaric ia boleh memukul siapapun yang menghinanya.

Apa memukul sang ratu juga boleh? Tetapi Emilo tidak mau ibunya semakin di hina oleh orang lain ketika ia memukul seorang ratu. Emilo akan diam kali ini. Walau ia tak pernah sekalipun bertemu dengan ibunya Emilo harus tetap menjaga nama baik wanita yang melahirkannya.

"Makanlah adik,"Jonathan yang duduk di samping ibunya menawari Emilo makan tetapi seketika balita itu ingat perkataan Erico bahwa jangan menerima apapun apalagi memakan sesuatu yang mencurigakan. Saat ini yang paling mencurigakan adalah yang mulia ratu dan anaknya jadi haruskah ia menolak semua makanan di depannya ini.

"Kenapa diam semua makanan ini tidak ada racunnya," Daeva berucap setelah melihat Emilo ragu-ragu dalam mengambil makanannya.

"Adik menolak makanan itu tidak baik, oh iya aku lupa ayah bahkan tidak memanggilkan guru etiket untukmu," ejek Jonathan dengan perkataan halus, Jonathan bahkan dengan santai meminum tehnya.

Emilo menoleh ke arah Jonathan sepertinya Emilo harus membalas agar tidak semakin di rendahkan,"cepeltina kakak calah ayah tidak panggil gulu kalena takut Milo hajal guluna. Milo ni cangat kuat cekali olang lemah tidak bica ajali Milo. Ayah cedang mencalikan gulu yang tidak hanna bica belajal etiket tapi ilmu cihilna juga haluc ce tinggi-tinggina."

Enak saja Emilo dikatai tidak punya guru etiket, ia itu suka tantrum, Alaric sang ayah sedang berusaha mencarikan guru untuk putranya yang di mana guru itu akan tetap berdiri ketika di tendang atau di geplak oleh buntalan lemak itu ketika sedang kesal.

"Setinggi dan sekuat apapun kau. kau tetaplah putra selir yang hanya bisa naik ke atas tahta adalah putra dari seorang ratu. Benarkan ibu?" Jonathan lantas meminta persetujuan pada Daeva.

Daeva tersenyum ke arah putranya ia lantas mengelus rambut putih keperakan Jonathan."Benar anakku."

"Kakak putla celil atau bukan cemuana adalah manucia kakak tidak boleh hina ceceolang kalena ctatuc."

"Adik kau mencoba mengajari aku?!" Jonathan memandang marah ke arah Emilo.

Sekarang siapa yang tidak pernah belajar etiket, menghina seseorang itu bukan hal baik. Dasar sumbu pendek!

Emilo diam, balita itu memilih memakan kue kering tanpa bicara apapun. 'Pokokna Milo haluc halangi ci pcikopat naik ke kulci ayah. Milo tidak peduli ciapa yang jadi kaical nanti tapi jangan ci pcikopat.'

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang