22. Rencana pergi ke kuil.

6.2K 811 43
                                    

Halooo!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca❤⚘

Terimakasih!

Typo tandai!
.
.
.


"Ni donat Milo!" Balita itu menarik satu wadah besar berisi donat yang baru saja paman Jack antarkan padanya. Hari ini kedua mahluk gembul yang satu berbulu dan yang satunya berlemak itu sedang berusaha berebut makanan, padahal masih ada tiga wadah besar di hadapan mereka. Kenapa harus berebut wadah yang sama? Benar-benar kurang kerjaan.

"Foci haluc mengalah pada ceolang anak kecil!" protes Emilo sambil terus berusaha menarik wadah donat itu.

"Tidak tuan, enak saja harus mengalah, aku juga masih kecil, lihat ukuran tubuhku tuan!" dalihnya tidak terima.

"Foci aclinakan becal!" Milo mulai melotot lucu ke arah Alopex, hei rubah berbulu imut itu nyatanya memang besar dan berukuran raksasa.

"Tuan juga besar tuan bahkan lebih besar dari ukuran balita manusia!" balas Alopex.

Keduanya mulai berguling dan saling menggigit untuk sekedar memperebutkan donat. Untung saja tak ada orang di ruang makan itu para penjaga sedang berada di luar sedangkan Jack sedang sibuk bersih-bersih di bagian istana lavender lain.

"Donat ni punna Milo!"

"Tidak ini punyaku!"

"Punna Miloo!"

"Tuan aku bekerja keras semalam, jadi aku yang mendapatkannya lebih banyak." Alopex tidak mau mengalah rubah itu semakin menggigit dan menarik wadah besar donat itu dengan mulut rubahnya.

"Milo juga cangat kelapalan cekalang!"

Mereka terus saja tarik menarik hingga beberapa menit kemudian mereka berhenti karena merasa kelelahan.

"Hah! Milo pikil-pikil tidak ada gunana beltengkal, kita bagi caja. Ntal kalau habic minta lagi pada uncle Jack tapi cembuni-cembuni dali ayah." Balita itu mulai membetulkan rambutnya yang kusut.

Alopex mulai melihat bulu-bulu rontoknya yang bertebaran di lantai karena pertengkaran beberapa saat yang lalu, sepertinya memang benar tak ada gunanya mereka bertengkar.

Emilo naik ke atas kursi meja makan dan duduk dengan tenang diikuti Alopex. Mereka berencana membagi donat-donat itu menjadi sama rata.

"Jadi kemalin ada apa cih bangun-bangun Milo liat tubuh Foci becal cekali apa teljadi cecuatu?" Milo mulai mencomot donat dengan lumeran krim kacang itu sembari melihat Alopex dengan tatapan penasaran.

"Ada iblis, tetapi hanya iblis rendahan tuan, tenang saja saya dengan mudah membasminya."

"Iblic?! uwah napa tidak bangunkan Milo bial Milo tendang bokong iblicna." Emilo mulai cemberut. Kenapa ia tidak di bangunkan ia ingin jadi balita pertama yang memukul iblis. Sepertinya keren.

"Bukankah anda takut pada iblis karena mereka seram." Alopex ingat pada saat kematian pertama Emilo balita itu takut di masukan ke neraka karena ada iblis neraka yang memakan anak-anak nakal. Alopex ingat Emilo menangis kencang pada dewi kehidupan kala itu hingga ia harus merubah wujudnya menjadi rubah mini yang imut untuk sekedar menenangkan Emilo. Emilo juga sering berkomentar bahwa iblis neraka itu seram.

"Benal juga tidak ucah bangunkan Milo itu baguc," bocah empat tahun itu kemudian terlihat berpikir sebentar, "Eh tapi Milo ingat cekalangkan Milo cudah kuat ntal bica tendang pala iblic nelaka cama bokongna kalau belani-belani celang Milo." Emilo kemudian turun dari kursi, dengan kaki gendutnya yang di bentuk sedemikian rupa Emilo mulai menendang udara dan bergaya layaknya superhero.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang