18. Ingatan tentang sebuah ramalan.

5.9K 906 84
                                    

Haloooo!

note!

Tolong fokus read bab ini agar gak bingung nantinya!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca.

Terimakasih!

.
.
.
.

Remaja tampan berusia tujuh belas tahun itu mengayunkan pedangnya dengan lihai ke arah bandit pasar yang meminta upeti pada para pedagang kecil, ia memang sedang melaksanakan patroli.

"Panglima maafkan saya!" ketua para bandit tiba-tiba bersujud di kaki si remaja tampan, ia ketakutan karena sebagian anak buahnya telah tumbang oleh tangan berpegang pedang berlapis perak itu.

"Panglima saya janji tak akan merugikan pasar lagi dan meminta uang pada pedagang kecil," lagi-lagi si ketua bandit memohon kepada si panglima.

Si pemuda tampan menghela nafas, ia lantas menghentikan para prajurit bawahannya untuk membunuh si bandit dan bawahannya yang tersisa. "Pergilah ke istana ada banyak pekerjaan disana, bawalah anak buahmu juga, jangan mencari uang dengan merampas hak milik orang lain."

Si ketua bandit terbelalak kaget mendengar bahwa ia tak jadi di bunuh dan malah disuruh bekerja pada istana. Pria besar itu lantas kembali bersujud dengan mengucapkan banyak terimakasih. Ia lalu bersama dengan anak buahnya yang tersisa mulai pergi dari sana.

"Kalian juga kembalilah ke istana bilang pada kakak, aku ingin berjalan-jalan sejenak," suruhnya pada para bawahannya.

"Baik panglima kami akan pergi dulu."

Langkah kaki yang tenggap dan postur yang tinggi membuat remaja bermata biru itu seketika menjadi pusat perhatian namun para penduduk kekaisaran damaskus hanya bisa menunduk serta mengucapkan salam tanpa berani memandang pemuda tampan itu lebih lama.

Beberapa menit ia berjalan langkahnya membawa dirinya ke ujung pasar yang sedikit jauh dari keramaian, mata birunya lantas melihat seorang wanita tua berjubah lusuh yang hanya terduduk di tanah bersama barang dagangannya tanpa di kunjungi satu pun pembeli.

Merasa kasihan kakinya lantas membawanya kesana. Menuju kepada si wanita tua di pinggir jalan.

"Nenek sedang berjualan apa?" Panglima dengan pangkat tinggi itu dengan rela berjongkok agar si wanita tua berjubah lusuh bisa menatapnya.

Si wanita tua tersenyum seolah memgenal siapa remaja tampan di hadapannya ini. "Yang mulia saya mengenal anda, anda adalah panglima kekaisaran ini."

Pemuda remaja itu tersenyum,"nenek anda terlalu memuji, saya tidak seperti itu."

"Yang mulia saya hanya berjualan batu-batu unik namun saya juga menawarkan ramalan kepada setiap pengunjung apakah anda ingin di ramal yang mulia?"

"Ramalan?"

"Benar yang mulia, Saya bisa meramal diri anda apakah anda menginginkannya?

Melihat tatapan mata tua si nenek, panglima menjadi tidak tega, "baiklah nenek dengan senang hati."

"Ulurkan tangan anda yang mulia."

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang