34. Petunjuk baru.

5.1K 954 128
                                    

Halooo

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca

Terimakasih!

❤⚘

Typo tandai
.
.
.
.

Emilo sibuk mondar-mandir kesana-kemari, membuat Alopex yang sedang bermain bola bulu mengalihkan perhatiannya.
Sekilas dari pandangan Alopex Emilo terlihat seperti bola berjalan yang menggelinding kesana-kemari karena lamanya balita itu mondar-mandir.

"Tuan kenapa anda mondar-mandir?" tanya Alopex dengan penasaran.

Merasa ditanya Emilo menghampiri Alopex dengan heboh, "Foci! kemalin kan Milo beltemu dengan nenek pelamal, kata nenek tu kalau Milo mau belhacil Milo haluc temukan buku lahacia ibu?!"

"Buku rahasia ibu?"

"Um, Milo tidak tana lagi kalena nenek tua tu tiba-tiba hilang caat ayah panggil Milo."

"Menghilang?" Alopex lantas termenung, "wanita itu tiba-tiba menghilang?" Alopex memastikan.

"Um, hilang tidak tau kemana?" Emilo merenung bocah bulat itu bingung nenek peramal yang meramalnya hilang kemana yah kira-kira.

Alopex terdiam berusaha mencerna perkataan Emilo.

Beberapa menit kemudian Alopex seakan tersadar, "Kalau begitu ayooo kita cari buku itu! Siapa tau itu petunjuk!"

"Eh? Calana bagaimana bahkan Milo tidak tau bukuna cepelti apa?" Emilo menompang tangan gendutnya balita itu sibuk berpikir.

"Benar juga yah."

Bagaimana ia dan tuannya tau buku apa yang di maksud jika ciri-ciri bukunya saja mereka tidak tau.

"Hah?!" Emilo dan Alopex menghela nafas bersamaan.

Akhirnya sampai semalaman pun keduanya sulit tidur karena memikirkan buku apa yang nenek tua itu maksud.

***

"Sudahkah kau menemukan anak itu?" Daeva bersendekap dada sambil menatap bawahannya yang ia suruh mencari tau tentang anak yang di maksud Belric kemarin.

"Mohon ampun yang mulia, hanya ada anak pelayan yang bertubuh kurus dan bermata hitam. Tak ada anak pelayan dengan tubuh besar seperti yang anda maksud."

"Kau sudah mencarinya dengan benar?"

"Tentu saja yang mulia bahkan saya menanyai silsilah keluarga para pelayan yang tinggal di istana," jawab bawahan Daeva dengan yakin.

"Baiklah kau boleh pergi."

"Baik yang mulia, berkah dan keagungan bagi pendamping matahari damaskus." Bawahan Daeva lantas pergi dari sana setelah di suruh.

Daeva terlihat berpikir di depan mejanya, "Kira-kira siapa anak yang di maksud Belric?"

"Ibu apa yang ibu pikirkan?" Jonathan bertanya, anak laki-laki itu sedang menikmati teh manis bersama Daeva sebelum bawahan Daeva datang.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang