C21 : Ada apa dengan Rama?

1K 46 1
                                    


Happy Reading
__________________________

"Kamu denger tuh, perbaiki sikap kamu biar Mama bisa bawa pulang Arum sebagai menantu."

"Hm."

Suasana mendadak hening ketika Rama menggumamkan balasannya, Andira menatap putra bungsunya dengan senyuman kaget yang jahil, sedangkan Arum terlihat syok atas apa yang baru saja didengarnya.

Rama lantas menoleh pada dua perempuan itu, pemuda tersebut mendesah lelah. "Ma, Rama mau fokus belajar. Mama mending masak, Rama laper. Kita mau belajar dulu." Ujar pemuda itu pelan dengan wajah memelas.

Andira memicing, "Jadi ini ceritanya kamu ngusir mama supaya bisa berduaan sama Arum?"

"Ma!" Rama sudah kepalang kesal, sedangkan sang ibu hanya terkikik geli melihat responnya. Arum disana hanya mampu diam, dia ingin cepat - cepat pulang jika seperti ini.

"Hahaha ... Iya-iya, ngga usah marah gitu. Kualat sama orang tua loh." Rama lelah, dia ingin menyerah menghadapi sang ibu.

Andira mengambil nampan, "Yaudah mama ke dapur dulu, dimakan browniesnya ya Arum, itu tante buat sendiri loh."

Arum mengangguk, "Iya tante, makasih."

Selepas kepergian Andira, suasana ruang tamu itu hening. Rama masih sibuk menyelesaikan soal yang sedari tadi ia pusingkan, begitupun Arum yang memilih mencoba mengerjakan soal tersebut walaupun didalam otaknya bukan lagi rumus matematika yang membuatnya pusing, tapi jawaban tak terduga Rama beberapa menit yang lalu. Apa Rama tidak berniat merevisi jawabannya atas pertanyaan Andira tadi?

Tadi itu, Arum yakin bahwa ia tidak salah dengar. Tidak mau besar kepala, tapi bagaimanapun ucapan Rama tadi itu sangat mengejutkan baginya. Jantungnya sudah berdebar sedari tadi, keadaan ini membuatnya gugup dan tak nyaman.

"Apa lo liat - liat?" Sentakan Rama membuat Arum terjengkit, gadis itu refleks menggeleng panik ketika tanpa sadar memperhatikan Rama terus - menerus.

Rama memicing tajam, "Yaudah kerjain cepet, jangan buang - buang waktu." Perintahnya membuat Arum berpikir mengapa pemuda ini menjadi sangat sensi.

"Iya." Arum mencoba fokus, dan membuang jauh - jauh pemikirannya yang tidak jelas.

***

"Aku kayaknya lebih baik pulang sekarang." Ujar Arum ketika mereka sudah menyelesaikan sepuluh soal matematika yang beranak pinak.

Rama lantas menoleh pada gadis itu, "Perjanjiannya jam dua, ini baru jam setengah satu. Lo masih harus disini satu setengah jam lagi. Masih banyak point - point materi lain yang belum lo jelasin."

Rama menggigit bibir bagian dalamnya, "Em, aku nggak enak sama tante Andira. Aku juga harus ketemu sama dokternya Bunda untuk ngambil resep obat supaya bisa aku tebus di apotik."

Arum memang sedikit merasa tak enak dengan Andira, tapi mengenai dirinya yang memiliki temu janji dengan dokter yang menangani sang Bunda adalah hal yang ia buat untuk bisa memperkuat alasannya agar segera angkat kaki dari apartement Rama. Karena sejujurnya Arum ingin segera pergi dari tempat ini sebab merasa begitu kikuk dan tidak fokus sedari tadi.

Rama memicing, "Nggak perlu sok ngerasa nggak enak kalau tadi lo sama Mama aja kompak ngetawain gue."

Arum terdiam, dalam hati ia berpikir kenapa Rama selalu mampu memberi alasan yang menjatuhkan alasan yang ia buat. "Hari ini cukup segini dulu ya? Aku ada janji ketemu dokter."

Menghembuskan nafas, Rama menjawab. "Dokter siapa? Di mana?"

"Ada pokoknya, kamu ga akan kenal." Jawab Arum sekenanya, kenapa juga Rama harus bertanya demikian untuk hal yang bukan urusannya?

TANYA GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang