Happy Reading ~
"Akghh sakit bego... lo niat nggak sih?"
Arkan memberikan tatapan malasnya ketika Rama berseru kesakitan akibat saleb yang ia oleskan pada luka lebab pemuda itu. Ia semakin menekan luka sahabatnya tersebut, hingga Rama mengeluarkan ringisan sekali lagi.
"Beruntung lo, gue masih mau ngobatin luka lo." Sengit pemuda itu kesal. Di tongkrongan Kang Piak tadi, Ega meninggalkan mereka, sebab pemuda itu bilang kalau dirinya perlu menjernihkan pikiran selepas memberikan Rama satu bogeman.
Arkan dan Bima yang saat itu juga merasa kecewa dengan Rama tetap masih mau menolong dan menemani sahabat berengsek mereka yang satu itu. Sebab bagaimanapun mereka mana tega membiarkan Rama pulang sendiri dengan kondisi semengenaskan itu.
Walau begitu, masih ada perang dingin diantara ketiganya. Mereka hanya diam sedari tadi, bahkan Arkan yang merupakan tipikal manusia banyak bicara baru mengeluarkan suara selepas Rama meringis dan mengumpati dirinya.
"Lo minta maaf deh sama Arum. Lo kelewatan banget, Ram." Perintah Bima yang sedari tadi hanya duduk sembari memperhatikan kegiatan Arkan.
Arkan mengangguk setuju, sedangkan Rama justru melayangkan tatapan tajam seolah perkataan Bima adalah hal paling buruk didunia. "Nggak sudi gue."
Bima mengehela nafas lelah, "Lo bukan bocil, Rama. Apa susahnya minta maaf? Lagi pula disini lo yang salah." Sungut pemuda itu menahan rasa jengahnya yang membuncah. Ia turut emosi pada Rama ketika melihat sahabatnya itu masih mempertahankan keras kepala dan gengsinya.
"Ck, gue nggak peduli." Jawabnya kemudian menarik diri ketika Arkan akan kembali mengoleskan saleb, dia tahu bahwa pemuda tersebut akan menekan lukanya lagi.
"Ah, berengsek emang lo." Balas Bima yang lelah dengan pembicaraan mereka.
"Jangan cupu deh, Ram. Minta maaf nggak akan bikin lo mati. Jadi cowoklah sekali - sekali." Ucap Arkan yang ikut mendesak sahabat keras kepalanya itu.
Rama hanya menghela nafas jengah. Kenapa semua sahabatnya menuntut hal yang sama? Kenapa mereka mendesak dirinya untuk hal yang mereka sudah tahu tidak akan mau Rama lakukan. Ayolah, Arum dan cowok berengseknya itu sudah cukup melukai egonya hari ini. Mana sudi dirinya harus meminta maaf, apalagi pada Arum.
"Kalian kenapa malah ngebela cewek itu? Gue atau dia yang sahabat kalian?" Tanyanya tak suka saat menyadari sahabatnya itu justru berpihak pada Arum.
Arkan melayangkan tatapan sinis, "Lo masih nanya hal itu? Jelas - jelas lo yang bangsat disini. Astaga nggak ngerti lagi gue ngadepin lo."
"Rama, lo emang sahabat kita, tapi bukan berarti semua kelakuan lo harus dapet toleransi dari kita. Lo salah, dan kita sebagai sahabat ya ngingetin lo. Dengan malah ngedukung semua kelakuan lo yang nggak bisa dibenarkan, itu sama aja kita ngebiarin lo terjerumus dalam lingkar kesalahan terus - menerus." Bima berucap bijak, dan hal itu seketika mendapatkan tatapan kagum dari Arkan juga raut tak suka dari Rama.
Arkan mengangguk beberapa kali, "Jujur aja ya Ram, gue sebenernya udah capek liat kelakuan lo ke Arum. Gue tau kalau kita itu dicap sebagai badboy atau apalah itu. Tapi jenis kenakalan kita dulu nggak kayak gini'kan? Kita nggak sampe ngebully anak orang, ya bukan kita juga sih, cuma lo doang yang ngebully."
Arkan menghela nafas sejenak, "Inti dari omongan gue, setidaknya kalau emang lo nggak mau minta maaf, lebih baik lo dari sekarang stop ngeganggu Arum. Udah cukuplah waktu dua tahun bagi lo ngeganggu dia, bikin hari - harinya disekolah nggak tenang. Kasian anjir anak orang lo gituin."
KAMU SEDANG MEMBACA
TANYA GENGSI
ChickLit19+ | Arum tahu bahwa hidupnya akan hancur setelah ia sah menjadi istri dari Rama, si pelaku pembullyan terhadapnya saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. ___________ Kata orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan, dimana beragam ce...