C12 : Sedikit Aneh

1.1K 59 5
                                    

“Cewek gue nih, Bang.”

Alis Rama langsung mengerut tajam ketika mendengar hal tersebut dengan samar. Wajahnya otomatis mendongak, menatap pada meja yang tak jauh dari tempatnya itu. Matanya jatuh pada punggung satu pemuda yang menyampirkan satu tangannya di kepala Arum dan mengacak rambut gadis itu setelah mengeluarkan ucapan yang bagi Rama terdengar seperti sebuah pengumuman.

Oh, jadi gadis lemah itu memiliki kekasih, dan ternyata lagi orang yang menjadi kekasihnya itu adalah pemuda yang tempo hari lalu Rama lihat, yang kata Ega adalah teman masa kecil gadis itu. Seharusnya Rama tidak asal percaya saja dengan perkataan pemuda itu, semua informasi yang dikatakan Ega tidak seterusnya berakhir akurat.

Tapi mengapa juga Rama lagi – lagi harus merasa tak nyaman dengan hal itu, kenapa juga amarahnya harus membuncah hanya karena informasi tersebut. Cemburu? Tentu saja tidak mungkin, dia mana sudi menaruh hati pada gadis lemah dan jelek seperti Arum, dimana harga dirinya akan ia letakkan nanti. Oh, ayolah, Rama tidak akan pernah mau membuat dirinya sendiri menjadi bulan – bulanan dari ledekan ketiga sahabatnya, terutama Arkan.

Rama tahu, dia hanya merasa tersaingi. Egonya sedikit terluka sebab Arum itu tidak lain dan tidak bukan adalah orang yang paling tidak ia sukai, tentu saja mengetahui fakta bahwa masih ada orang yang mau berteman bahkan menjadikan Arum sebagai kekasih membuat Rama meradang dan tak suka. Karena Rama sendiri hanya ingin agar Arum menderita juga kesepian.

“Kamu liat apaan sih?” Isabel yang duduk di depan pemuda itu bertanya dan lantas menoleh mengikuti arah pandang Rama.

Terdiam beberapa saat, ia berucap lebih kepada bertanya. “Itu bukannya si culun?”

Rama lantas mengalihkan tatapan tak bersahabatnya kepada Isabel, “Lo pulang sendiri, gue ada urusan. Lagi pula masa taruhannya udah berakhir’kan?” sambar pemuda itu langsung ketika melihat gadis di depannya itu hendak melayangkan protes.

Isabel cemberut, “Nggak bisa gitu dong Rama, perjanjiannya’kan kamu harus nganterin aku pulang.”

Rama mendengus jengah, pemuda itu lantas membuka dompetnya, mengeluarkan selembar uang merah dan meletakknya di atas meja. “Jangan manja lo jadi cewek.”

Isabel menahan tangan Rama, “Aku bukannya manja ya, tapi ini masalah tanggung jawab. Kamu cowok’kan?”

Rama tampak semakin jengah, pemuda itu menyentak tangan Isabel, tak peduli akan fakta bahwa beberapa pengunjung mencuri pandang ke arah mereka. “Sayangnya gue bukan cowok bertanggung jawab seperti apa yang lo pikirkan.”

Tak mau mengulur waktu lebih lama, Rama lantas berjalan cepat menuju meja yang ditempati Arum dan kekasihnya itu. Menarik salah satu lengan Arum, Rama lantas berucap. “Ikut gue.”

Sedetik meja tersebut hening, Rama lalu mengangkat lengan Arum ke atas agar gadis mungil itu berdiri.

“Wehh bro, maksud lo apanih, narik – narik cewek gue?”

Arum masih setia dengan rasa terkejutnya ketika Akus melayangkan rasa tak terimanya dengan cara halus. Sedangkan Rama semakin tampak garang ketika pemuda berkemeja hitam di depannya itu mencoba melepaskan cekaman tangannya pada lengan Arum.

“Gue nggak punya urusan sama lo.”

Rama dapat melihat perubahan raut wajah dari pemuda yang ia ketahui adalah kekasih Arum itu, pemuda tersebut yang tadinya masih menyembunyikan rasa jengahnya kini sudah tak tanggung – tanggung menampakkan wajah seolah memiliki dendam dengannya.

“Gue emang enggak punya urusan dengan lo, tapi itu bukan berarti lo bisa seenaknya bersikap nggak sopan sama cewek gue.”

Cekaman Rama sedikit meloggar ketika Akus tiba – tiba menarik gadis itu. Tapi secepat mungkin Rama kembali mengeratkannya.

TANYA GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang