C15 : Sebuah Pelajaran Untuk Rama

1.2K 61 4
                                    

Happy Reading~

Minggu sore itu Arum menerima ajakan dari Akus menuju salah satu area tongkrongan yang cukup ramai. Warung Kang Piak namanya, tongkrongan yang hampir dipenuhi oleh rombongan anak muda.

Duduk selama tiga puluh menit lebih di kursi penumpang disamping Akus, Arum akhirnya dapat melihat sebuah bangunan tua yang didesain apik yang terlihat cukup ramai dari luar ketika mobil jeep yang ditumpanginya itu berhenti.

Arum tidak tahu apa ini benar atau tidak, tapi ia merasa perlu membiarkan sahabatnya melakukan apapun yang ingin pemuda itu lakukan pada Rama. Sebab Arum sendiri juga sudah merasa muak dengan pemuda itu. Dia sangat membenci Rama, sangat amat benci hingga rasanya melihat wajah pemuda Rajendra tersebut saja sudah membuatnya tak sudi.

Rama membuat sebuah kebohongan yang fatal, pemuda itu berhasil membuat Arum melewati batas kesabarannya. Seolah tak cukup dengan kehidupan sekolahnya, Rama kini mulai berani mengusik persahabatannya. Pemuda itu membuat persahabatan antara Arum dan Akus menjadi renggang, kepercayaan yang sudah ada sejak masa kecil kini memudar disebabkan oleh pemuda itu. Arum tidak bisa menahannya lagi, tidak untuk kali ini.

Arum hanya menurut ketika tangan besar Akus menggenggam jemari tangannya, mengajaknya memasuki area warung yang ramai tersebut. Orang – orang mungkin hanya melirik kedatangan mereka sejenak saja jika Akus memasuki area tongkrongan itu dengan santai, tapi tidak seperti yang seharusnya, pemuda Pradipta itu justru melangkah cepat dengan wajah garang membuat mereka yang berada disana kompak menatap kedatangan Akus juga Arum dengan raut penasaran.

Dari tempatnya berjalan, Arum dapat melihat keberadaan Rama juga tiga pemuda lainnya yang Arum kenal betul siapa mereka. Keempat pemuda tersebut juga turut menatap dirinya dan Akus.

Akus mengajaknya langsung mendekat ke arah meja Rama dan ketika mereka sudah hampir dekat, pemuda itu melepaskan kaitan tangan mereka dan langsung bergerak cepat menarik kerah kaos hitam yang dikenakan oleh Rama dan seketika itu juga melayangkan tinjuan pada pemuda itu.

“Eh buset dah?”

“Woy!”

“Anjing.”

Arkan, Bima, dan Ega yang melihat kejadian tersebut hanya mampu terkaget, ketiga pemuda itu lantas berusaha memisahkan Akus dan Rama, namun Akus sendiri terlalu dikuasai oleh amarah saat itu hingga usaha dari Arkan dan Bima sama sekali bukan berarti apapun baginya.

Arum sendiri memilih diam memperhatikan pertengkaran tersebut, dia terlalu kecewa, lagi pula melihat Akus melayangkan tinjuan kepada Rama memberinya kepuasan tersendiri. Walau sejujurnya dia sendiri tidak bisa melihat pertengkaran semacam ini sebab Arum memiliki sedikit trauma terhadap hal tersebut, tapi untuk yang satu ini Arum bisa mengendalikkan dirinya, dia ingin melihat bagaimana pertengkaran ini berakhir.

“Woy, stop anjing. Lo punya dendam apa sama sohib gue?” Arkan masih berusaha menarik Akus menjauh dari sahabatnya.

“Sialan, lo nggak usah ikut campur!” Akus menyentak marah lalu kembali menarik Rama dan melayangkan tinjuan sekali lagi pada pemuda tersebut.

“Bangsat, lo nggak berhak mukul gue.” Rama kini balik melayangkan tinjuan, tentu saja tak terima ketika dirinya diperlakukan sedemikian oleh orang yang masuk dalam daftar garis hitamnya.

Terjadi keributan di area tersebut, semua yang ada kompak hanya menyaksikan adegan tersebut tanpa berniat sedikitpun ikut campur.

Ega yang tidak tahu harus bagaimana untuk memisahkan kedua orang tersebut, memilih untuk mendekat kepada Arum yang tetap bergeming tak jauh dari sana. Tadi ia sempat melihat bahwa pemuda yang ia ketahui bernama Kusuma tersebut berjalan seriring dengan Arum, hingga Ega rasa kunci permasalahan mungkin juga diketahui oleh gadis tersebut.

TANYA GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang