#30

1.1K 32 1
                                    

(22.55)

Sebuah mobil sampai di rumah yang dikelilingi pepohonan. Hujan yang reda meninggalkan angin sejuk dan rintikan air yang masih turun.

"Siapa itu?"

"Itu keponakan tuan Ardian. Ayo kesana."

"Benarkah? Hey tunggu!"

"Kau lambat. Cepatlah!"

Pintu mobil terbuka, Hades keluar dengan tanpa menggunakan atasan, banyak luka terlihat menghiasi setiap sisi kulit tubuh bagian atas nya. Tubuhnya yang sempurna ia biarkan terkena angin malam dingin karena sehabis hujan.

Kemeja cokelat nya ia tinggalkan di dalam mobil, Hades melangkah mendekati rumah Ardian. Di tangannya, ia membawa sebotol minuman alkohol.

BRAK.

Dengan sekali tendangan pintu rumah terbuka, tendangan yang Hades berikan berhasil merusak pintu itu. Kaca pintu yang pecah berceceran di lantai.

Kaki Hades tidak terluka saat menginjak pecahan kaca karena ia menggunakan alas kaki. Hades terus berjalan lalu menaiki tangga. Ia menuju kamarnya.

Dengan pandangan kosong ia melangkah menuju jendela, menatap pemandangan laut yang berombak. Mata Hades memerah juga basah, saat ia memikirkan Carissa sedikit saja maka sedetik kemudian ia akan kembali menangis.

Hades meraba tanda lahirnya di dada kirinya. Darah kering sudah membekas pada tanda lahir Hades. Karena Hades sudah menggores nya sejak tadi. Pisau yang ia gunakan sudah disimpan dalam saku celana panjangnya.

"Carissa...maafkan aku..."

Rissa ingin bercerai dengan ku, dia tidak ingin hidup bersama ku...
Rissa ingin aku tidak mencintai nya...haha itu mustahil.

Air mata membendung membuat pandangan Hades memburam. Ia mengingat permintaan Carissa yang harus ia turuti meskipun sebenarnya ia sulit melakukannya. Hades ingin hidup bersama Carissa selamanya.

Namun, Carissa pasti sudah sangat tertekan dengan hidup bersamanya, bersama orang yang selama ini membenci, melukai, menyiksa, bahkan mengancam untuk membunuh nya. Hades tidak ingin memaksa Carissa untuk tetap hidup dengan nya.

Apa yang harus ku lakukan untuk menahannya, tidak, aku tidak bisa kembali menyakiti nya, aku tidak boleh menahannya, Carissa harus bahagia...

Tangan nya mengayunkan botol alkohol yang ia bawa, melemparkan nya kuat hingga menghantam lemari kayu dan pecah berkeping-keping.

Niat awal Hades adalah menggunakan serpihan kaca itu untuk menyakiti kakinya sendiri, yang ia ingat pernah digunakan untuk menendang Carissa. Tapi suara dentingan kaca dari atas lemari mengalihkan niat awal Hades.

Hadiah dari bibi...

Hades mendekati lemari besar, tangannya yang penuh luka sayatan ia ulurkan untuk menggapai benda yang ada di sana.

Sebuah kotak kayu ukuran sedang ia turunkan, dengan jelas tertulis nama Hades dan Carissa di bagian tutup kotak itu.

Hades membukanya, ternyata dentingan kaca yang ia dengar berasal dari dua botol di dalam kotak kayu. Hades membawa kotak itu, ia duduk di ranjang dan mengeluarkan kedua botol yang ternyata berisi dua kertas di masing-masing botol. Satu kertas berwarna putih, dan satunya berwarna ungu.

"Kamu harus membaca surat itu Hades...bibi letakkan diatas lemari kamar mu di rumah bibi."

"Bibi, itu surat yang ku tulis di kertas putih dan ungu?"

"Tepat sekali."

Hades bingung bagaimana cara mengeluarkan dua kertas di dalam botol. Tanpa pikir panjang ia membanting keduanya dengan keras ke lantai.

H A D E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang