#18

675 18 0
                                    

(19.41)

Tubuh Carissa yang polos tanpa sehelai benang pun terduduk di sudut kamar Hades. Ia terus menangis dengan tubuhnya yang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Beberapa memar kembali ia dapatkan dari Hades, bahkan lutut, siku, bibir dan pelipisnya berdarah di sebabkan ulah pria yang menjadi suaminya itu.

Carissa menutup suara tangisnya dengan kedua telapak tangan, tak ingin Hades terbangun dan kembali menyakitinya, karena pria itu sedang tertidur pulas diatas tempat tidur nya.

Carissa baru saja di setubuhi dengan kasar oleh Hades, bahkan saat membawa Carissa ke kamarnya Hades tak segan untuk menyeret paksa hingga mendorongnya dengan keras. Ia tidak tau apa kesalahannya, untuk sekarang ia sangat takut pada Hades.

Setidaknya beritahu aku dimana kesalahan ku...
Apa kamu sangat membenciku? Dulu..ku pikir kita saling mencintai kak...

Matanya tak sengaja melihat sebuah ponsel diatas nakas, Carissa tau itu adalah ponsel miliknya. Mengumpulkan keberanian, ia dengan perlahan mengambil kemeja milik Hades yang berada dilantai lalu memakainya.

Dengan langkah pelan Carissa mengambil ponsel miliknya dan berjalan mundur ke arah pintu kamar. Matanya masih tertuju pada Hades untuk memastikan pria itu masih tertidur.

Pintu tidak terkunci, Carissa keluar tanpa menutup kembali pintu kamar Hades.

Dengan tubuh gemetar ia mencoba selangkah demi selangkah untuk setidaknya menjauh dari kamar Hades. Beberapa kali Carissa hampir tersungkur saat menuruni tangga, namun ia berpegang kuat.

#####

Di dalam mansion Damian, Damian sedang di obati oleh seorang dokter yang dibelakang nya berdiri empat perawat lelaki menunggu untuk di perintah.

"Apa kakak tidak bisa berhenti?"

Damian mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Ardian yang duduk di sofa bersama Bella.

"Kak, untuk kali ini aku setuju dengan Ardian. Kakak sebaiknya berhenti menjadi mafia..., lihat, luka itu cukup dalam."

"Ini hanya peluru kecil Bella." Jawab Damian kembali mengalihkan pandangan pada luka di bahu nya.

"Bagaimana jika musuhmu tadi melumuri pelurunya dengan racun?" Tanya Ardian dengan nada datar menahan emosi.

"Kak...kali ini dengarkan aku dan Ardian, lebih baik jika kakak berhenti menjadi mafia, dengan begitu kak Dami akan hidup dengan tenang, damai, kita juga tidak akan mengkhawatirkan kakak yang terluka seperti ini...bagaimana jika Hades dan Carissa tau? Carissa pasti akan sangat sedih..dia juga akan khawatir." Bella berusaha membujuk Damian, tangannya meremas tangan Ardian karena ia juga sebenarnya ingin marah.

"Hah...pergilah." Damian memerintahkan dokter yang sudah mengobatinya untuk pergi, di ikuti para perawat. Lengan kiri Damian sudah dibalut dengan perban, terlihat bercak merah yang terlihat dari luar. Ia tak sengaja tertembak saat sedang akan bertemu dengan salah satu temannya.

"Kalian terlalu berlebihan,"

"Apanya yang berlebihan?! Ck, orang ini selalu seperti ini, Bella..."

"Kak,-"

"Bella, beritahu suamimu itu, dia sangat berlebihan. Padahal ini hanya luka kecil, aku bahkan masih bisa berlari saat tertembak tadi."

Ardian menatap malas pada Damian, ia menyerah untuk kembali membujuk kakaknya itu. Sedangkan Bella mengelus tangan Ardian untuk menenangkan amarah suaminya.

"Sabar ya..., nanti kakak pasti akan berhenti." Bisik Bella yang masih bisa didengar oleh Damian.

"Tidak akan~"

H A D E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang