FIRE

1.2K 53 1
                                    

"Ya ampun Pak Regan Bapak mimisan. Pak Regan juga pucet banget" Kata Hanna. Aku sontak melepas tas-ku dan meletakannya kembali ke meja, menarik beberapa helai tissue dan menyeka darah yang ada di hidung Regan.

"Kalo sakit kenapa kamu masuk kerja. Seharusnya kamu istirahat" Ujarku mencoba mengetes suhu tubuh Regan dengan punggung tanganku. "Kamu panas banget tau nggak ini. Jangan pulang sendiri. Kamu pesan taxi online aja pulangnya"

Suara dehaman menghancurkan ke khawatiranku. Tanpa sadar tiba tiba aku sudah di kerubungi tatapan penuh tanya para kacung's. Rangga, Hanna dan di tambah lagi sudah ada Mas Tirta yang bersedekap dada.

"Kamuuuu? wwawww udah go public kayanya nih Gan" Tanya Mas Tirta menyunggingkan senyum entahhh bisa di artikan sarkas? atau joker.

Aku langsung melepas tanganku dari tubuh Regan, namun Regan malah menahannya.

"Anindya pacar saya" Regan menggenggam tanganku, aku bisa merasakan panas tubuh Regan. Bukan ... bukan panas yang itu.

Panas karena Regan demam. Mungkin suhu tubuhnya saat ini bisa menyentuh 38 - 39 aku tidak bisa menyembunyikan raut wajahku jika aku sangat khawatir saat ini. Apakah Regan merindukan aku ? apakah dia sakit karena hubungan kami yang selesai begitu saja?

"HAH SUMPAHHHH. PAK REGAN SAMA ANIN SELAMA INI BACKSTREET DI KANTOR. ANIN GILAAA LO YAAA GA CERITA CERITA SAMPEE...." Hanna tentu saja shock. Habislah aku jika berita ini sudah sampai di telinga DAAAA KACUNGGG'S sebentar lagiii pastinya aku akan menjadi berita utama seantero gedung.

"Sssssttttttttttt berisik lo semua. Gue bukan pacar Pak Regan" Mataku langsung tertuju pada si pembuat berita "Kita udah putus ya Pak Regan" Aku langsung melepaskan tanganku dari tautan tangannya.

"Putus itu kesepakatan dua orang. Aku ga pernah bilang kalo setuju kita putus. Kamu bahkan ga kasih kesempatan buat aku jelasin semuanya"

Aku berdeham karena semua orang kini tertuju pada kami. "Ini kantor ya Pak. Kan bapak sendiri yang bilang urusan pribadi ga bisa di bawa ke kantor dan ... "

"Kamu salah. Ini sudah selesai jam kantor. Jadi lebih baik kamu antar aku pulang. Kita bisa bicara baik baik Anindya" Bantah Regan menyela ucapanku.

"Ga bisa. Saya ada janji sama Rangga Pak. Bapak pulang pake taxi online aja. Atau telfon supir Bapak. Permisi" Aku menarik Rangga keluar dari situasi awkward itu. Semoga keputusan ini sudah tepat.

Kami telah sampai di pelataran parkiran. Aku membuka pintu mobil Rangga dan masuk kedalamnya.

"Lo yakin dengan keputusan lo kali ini?" Rangga mengetuk stir mobil dengan jari jarinya. Aku menghela nafas panjang. Jujur saja aku sangat khawatir dengan kondisi Regan. Dia sangat pucat.

Aku yang tadinya sudah membangun tembok untuk tidak mempedulikan apapun tentang Regan seketika lupa bahwa aku pernah bertekad seperti itu tadi malam.

"Gue yakin Regan bakalan baik baik aja"

~oooOOOooo~

Aku dan Rangga akhirnya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang lumayan lengkap. Rangga memutuskan untuk membeli kue terlebih dahulu, tadinya aku sempat ada rencana untuk membuat kue bersama namun Rangga langsung menolak.

"Dari pada mubadzir bahan bahan makanan yang akhirnya ga bisa di makan, mending langsung beli. Lo ga inget waktu itu lo hampir ngebakar rumah gue. Konsep makanan yang lo buat selalu bencana alam anjir" Aku tertawa saat Rangga mengatakan itu. Sialan.


"Paket fire Chicken level 5 sama kentangnya juga level 5 ya Mba" mendengar Rangga menyebutkan itu aku langsung memukul bahunya.

"Kalo mau mati jangan sekarang. Gila lu ya level 5. Ga inget terakhir makan pedes masuk UGD. Mba level 1 aja" Kataku pada kasih saat memesan makanan, kami berada di salah satu resto ayam pedas yang cukup terkenal di indonesia, sempat viral juga. 8 dari 10 orang pasti tau resto ini.

"Njir level 1 mah sabana aja ga sih. Mba Level 4 mbaaa"

"Level 3 atau ga makan sama sekali?" Rangga cemberut lalu pada akhirnya menurutiku juga. Anak itu menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Lantas mendorong bahuku untuk mencari tempat duduk.

"Kita tuh dulu putus kenapa ya?" Aku tertawa saat mendengar Rangga mengucapkan itu dengan wajah di pangku tangan menghadapku.

"Kenapa di bahas sekarang ya wuak. Udah lama banget"

"Ya penasaran aja kenapa lo dulu tega mutusin gue alesannya najis banget lagi" Kata Rangga sambil membuka plastik sedotan untuk meminum segelas Pink Lava Drink yang sudah di antar oleh waitress. "Maaf ya kita putus aja soalnya dikit lagi mau UN. Ciiiiiiiiiiiihhhhhh gaya lu sengak banget anjir. Kaya yang belajar aja"

Aku tertawa sejadi jadinya mengingat alasanku yang minta putus karena ingin fokus belajar ujian nasional semasa sekolah dulu.

Padahal sebenarnya bukan itu alasannya. "Kalo kita ga putus, pasti lo ga akan mau untuk pindah ke China buat temenin Tante Rika berobat. Kalo lo lupa Mami lo sakit parah Ngga. Gue mau lo nemenin tante Rika dan jadi penyemangat buat Tante Rika sembuh dan sehat kembali"

Rangga tersenyum hangat menatapku. "Lo berhasil buat Mami semangat menjalani hari di sisa waktu hidupnya dan buat gue jadi anak yang baik buat Mami. Makasih yaaa mantan terbaikku" Rangga mencubit pipiku.

"Seandainya kita ga putus mungkin Mami bakalan seneng punya menantu kaya elo Nin. kita nikah dan lo udah ibadah tiap minggu ya Nin" Rangga sengaja menggodaku, menaik naikan alisnya. Aku mengambil sendok lalu memukul kepalanya.

"Bacot bangettttttttt Ranggaaaa." aku pernah bilang kan kalo Rangga ini anaknya receh banget? dikit dikit HAHAHAHA. Aku rasa tante Rika ngidamnya KOMENG waktu hamil.

Suara ponselku berdering memecahkan tawaku dengan Rangga.

FIRAUN BRENGSEK

panggilan masuk

"Hawoooo Mba Cantik" wajah cantik Nabila sepupu Rangga yang aku temui waktu jogging dulu menyembul di balik layar panggilan video.

"Hi Nabila. Apa kabar?" Anak kecil itu teriak memanggil Ibunya. "Mamiiiii ... telfonnya di angkat"

"Hallo Anin. wahhh maaf yah nabila tiba tiba telfon kamu, handphone-nya Regan ketinggalan di rumah. Tadi Regan sakit demam tinggi tante suruh ke dokter sama supir belum balik balik. Pas di telfon handphone-nya ternyata ketinggalan, ampun deh bikin khawatir. Soalnya udah dari maghrib tadi sekarang sudah larut malam. Tante jadi khawatir" itu suara Mami nya Nabila. Beberapa kali aku pernah bertemu saat ke rumah Kakek Raden Wijaya.

Aku melirik jam di pergelangan tanganku yang menunjukan hampir pukul 11 malam. Berarti sudah hampir 4 jam Regan belum kembali. Apakah dia di rawat? atau jangan jangan Regan kecelakaan.

"Anin tolong tante cari Regan ya. Tante khawatir sekali"

Aku menutup telfon dengan perasaan penuh kekhawatiran.

"Rangga maaf banget. Gue harus pergi cari Regan sekarang. Maaf banget gue harus ingkarin janji gue buat nemenin lo"

POV RANGGA SAD BOY : (UDAH PERNAH DI TINGGAL PAS LAGI SAYANG SAYANGNYA BELUM DEK? JANGAN YA DEKKK YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV RANGGA SAD BOY : (UDAH PERNAH DI TINGGAL PAS LAGI SAYANG SAYANGNYA BELUM DEK? JANGAN YA DEKKK YA ... JANGANNNNNNNNNN) 

SO MUCH FOR MY HAPPY ENDING (CERITA LENGKAP ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang