28 || Tempat ternyaman.

283 22 1
                                    

Didalam kost-an hanya terdapat Renjana, Gevin, Leo dan Melvin saja. Sisanya, mereka sedang berada di luar kost-an, seperti Naka yang mengikuti ekstrakurikuler basket disekolah, Jovan yang kerja kelompok dan Harsa yang sedang berada di toko buku.

Bosan. Itulah yang sedang dirasakan oleh keempatnya, karena bingung harus melakukan apa agar rasa bosan itu hilang. Mereka memilih untuk bermain ludo saja, dan seperti biasa mereka menggunakan ponsel milik Gevin.

"Punteun!! Si biru mau lewat!." Seru Renjana dengan pionnya yang berjalan melewati pion milik Gevin.

"Abang, nanti kalo kalah jangan pundung ya?." Pinta Leo pada Renjana.

"Gak bakal kalah." Ucap Renjana percaya diri.

"Halah, ke pd-an lo." Cibir Melvin.

"Diem deh, gue bakal menang kali ini."

"Iya deh iya, percaya gue mah." Celetuk Gevin.

Setelah Leo selesai memainkan pionnya, baru lah Gevin bisa memutar dadunya. Lalu, sekarang giliran Melvin yang bermain. Ia sungguh bermain dengan perlahan, takut mematikan pion milik Adik-adiknya.

"Assalamu'alaikum.."

Terdengar sapaan salam yang berhasil mengalihkan perhatian keempat anak remaja yang sedang bermain game di ponsel milik Gevin. Dan mereka melihat Naka yang baru saja pulang dari sekolah setelah melakukan kegiatan ekstrakurikuler.

Lemas. Itu yang mereka lihat dari Naka.

"Wa'alaikumsalam."

"Kenapa, Na? Lemes banget kelihatannya, tadi latihan apa aja? Mau mandi dulu apa makan dulu? Mau di masakin apa?." Pertanyaan itu keluar dari mulut Renjana.

"Mau langsung mandi aja. Capek, kepala gue pusing." Jawab Naka lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Lo sakit? Gue bikinin bubur mau?." Renjana membuntuti Naka dari belakang.

"Mau tidur.." Lirihnya.

"Ya udah kalo gitu, abis mandi langsung tidur aja ya?."

Naka mengangguk sebagai jawaban dari ucapan Renjana. Naka memasuki kamarnya dan Renjana kembali turun lalu menuju dapur. Didalam kamar Naka tidak langsung membersihkan diri, anak itu mendudukkan bokongnya diatas tempat tidur. Kepalanya terasa begitu sakit dengan hidung yang meneteskan cairan kental berwarna merah secara tiba-tiba, dengan segera ia meraih kotak tisu dan menghapus darah itu.

"Lo pasti bisa, Naka." Gumamnya lalu hembusan nafas lirih pun terdengar darinya.

Saat ini di dapur tidak hanya ada Renjana saja, tetapi Melvin pun turut mengisi ruangan itu.

"Si Nana kenapa?." Tanya Melvin.

"Pusing katanya, Bang." Jawab Renjana.

"Oh gitu, terus lo mau bikin apa? Buat Nana, kasih bubur aja."

"Ini juga mau bikin, Bang."

"Oke, kalo gitu gue mau lihat Nana dulu."

"Hm."

Lalu Melvin pun pergi meninggalkan Renjana yang tengah sibuk di area dapur. Tak lama kemudian, Harsa pun tiba bertepatan dengan Jovan yang juga baru sampai di kost-an.

"Assalamu'alaikum!."

"Wa'alaikumsalam."

"Tumben wayah gini lo masak, Ren." Ucap Harsa yang langsung bergabung di dapur.

"Si Nana sakit, jadi gue bikinin bubur buat dia."

"Nana sakit?." Tanya Harsa memastikan.

"Iya, lo lihat aja di kamar tuh." Tunjuk Renjana menggunakan dagunya.

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang