Happy Reading...
"NANA! CEPET!!."
Pagi ini di awali dengan teriak seorang Renjana yang berdiri berkacak pinggang di ruang tengah, anak itu sudah lengkap dibaluti seragam sekolah tanda ia sudah siap untuk berangkat mencari ilmu. Namun paginya yang cerah ini harus mendung di terpa badai kekesalan karena sang Adik belum juga selesai di dalam kamarnya, hal itu menyebabkan dirinya dan keempat keempat yang lain harus terlambat di hari rabu ini.
Tak! Tak! Tak!
Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa menuruni tangga dan dapat mereka tebak itu adalah langkah kaki milik Naka, terlihat ia berlari menghampiri kelima saudaranya yang sudah cukup lama menunggu karena waktu sudah menunjukkan bahwa mereka sudah terlambat. Melihat wajah masam Renjana membuat Naka menampilkan cengirnya lalu dengan sengaja remaja Agustus itu memeluk lengan si Abang, "Yuk." Ajak Naka, namun Renjana sepertinya sudah terlewat kesal. Anak itu menepis tangan Naka dan berjalan mendahului tanpa mengeluarkan satu patah pun kata.
Sesampainya di luar kost-an, terlihat Jovan akan menaiki motornya sebelum Melvin berkata, "Hari ini pake mobil aja." Mendengar itu Jovan mengurungkan niatnya lalu kembali memasukkan kunci motornya ke dalam saku celana.
Tanpa mengeluarkan bantahan, kelima Adiknya itu masuk ke dalam mobil dan segera lah Melvin melemparkan kunci mobil itu kepada Leo membuat si Adik beralih posisi duduk. Leo yang memiliki jiwa pembalap itu mungkin akan sangat menguntungkan bagi mereka yang sudah terlambat beberapa menit, tanpa menunggu lama Leo pun langsung menancap gas dan mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan pekarangan rumah yang terlihat bersih itu.
Tepat pukul setengah delapan pagi, keenam anak itu telah sampai diarea sekolah dan Leo pun segera memarkirkan mobilnya sebelum mereka akan benar-benar terlambat dan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari berdiri di tengah lapang. Dengan langkah yang lebar mereka berusaha agar cepat sampai di dalam kelas sebelum pergantian mata pembelajaran dan mereka mendapatkan keterangan alfa di buku daftar siswa. Tak terasa setelah tiga menit menelusuri koridor akhirnya pintu kelas pun sudah di depan mata, "Kita berpisah.." Ucap Jovan mendramatisir keadaan.
"Semoga beruntung." Sahut Renjana yang meladeni drama Jovan.
Setelah uring-uringan menentukan siapa yang akan mengetuk pintu, akhirnya Melvin selaku yang tertua pun mengalah dan tangan kanan yang terkepal itu terulur guna mengetuk pintu kelas diiringi pengucapan salam lalu ia membuka pintu itu dan tersenyum seakan dirinya tidak memiliki dosa.
"Assalamu'alaikum, pagi Bu." Sapanya dengan begitu ramah.
Bu Rumi selaku guru yang bertugas mengajar di kelas XII - IPA 2 pun menoleh kearahnya, matanya yang mendelik sinis itu membuat Melvin, Renjana dan Naka meneguk saliva-nya dengan susah payah. "Siang." Sahut Bu Rumi cetus tanpa menjawab salam yang Melvin berikan.
"Masih pagi, Bu." Ralat Naka tersenyum ramah.
"Masuk!." Tegas Bu Rumi membuat tiga anak remaja itu masuk dengan santai dan menghampiri Bu Rumi lalu mencium punggung tangan guru itu.
"Berdiri di sana!." Bu Rumi menunjuk kearah depan papan tulis dan ketiganya pun hanya bisa menurutinya tanpa mengeluarkan bantahan.
"Kalian ini ya, selalu saja terlambat! Kalian ini sudah kelas dua belas, yang dimana tinggal selangkah lagi kalian lulus. Bukannya memperbaiki kesalahan, kalian malah menambah kesalahan. Percuma kalian memiliki otak yang cerdas tapi suka melanggar aturan." Lanjut Bu Rumi yang cukup menohok bagi ketiga siswa itu.
"Kalian ini mau jadi apa nantinya? Berangkat sekolah saja masih terlambat, bagaimana kalian di masa depan nanti? Kalian disekolahkan itu supaya kalian bisa menyusun masa depan kalian menjadi lebih baik lagi. Perbaiki diri kalian, demi masa depan kalian. Bisa?."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Teen FictionKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...