Tak terasa waktu terus berlalu, hari demi hari telah terlewati, minggu ke minggu telah dilalui dan bulan ke bulan telah di singgahi. Semuanya sudah berjalan seperti biasa, walaupun masih ada Harsa yang terselip di setiap kalimatnya.
Cakrawala yang membentang indah pada dunia fana, dipadukan dengan warna merah dan jingga berhasil memancarkan keindahan dan ketenangan di petang ini. Di balkon, terdapat enam remaja yang tengah menikmati keindahan langit senja, ditemani angin sepoi yang begitu sejuk ketika mengenai kulit keenamnya.
Terlihat Naka dan Renjana berdiri di pembatas pagar termenung seraya menatap langit sore, "Ren." Panggil Naka dengan sorot mata yang tak lepas dari keindahan langit petang ini.
"Hm?." Si pemilik nama pun menyahutinya.
"Kenapa lo suka ngegambar senja?." Tanya Naka.
"Karena gue salah satu pengagumnya." Jawab Renjana tersenyum tipis.
Melvin, Jovan, Leo dan Gevin hanya terdiam dan memperhatikan keduanya. Naka yang sedari tadi menatap langit kini beralih pada Renjana, "Kenapa harus senja, kenapa gak pelangi aja? Maksudnya, pelangi itu lebih indah dari senja. Lihat di sana, indah banget 'kan?." Tanya Naka seraya menunjuk ke arah kanan dimana di sana ada pelangi yang menghiasi langit senja petang ini.
"Senja sama pelangi itu sama indahnya, bahkan kalo keduanya dibandingkan, gue yakin senja bakal kalah indahnya sama pelangi. Deretan warna yang melengkung indah itu, akan menjadi kenangan yang begitu berarti bagi orang-orang yang menyukainya. Tapi gue lebih suka senja." Jawab Renjana membuat Leo yang terdiam diri itu kini bangkit dan menghampiri Renjana juga Naka.
"Kenapa?." Tanya Leo yang ikut bergabung dengan dua membernya.
"Pelangi pergi, kita gak tau kapan dia akan kembali. Tapi, ketika senja pergi, dia akan berjanji untuk kembali. Simpelnya gitu." Jawab Renjana tanpa mengalihkan perhatian dari langit.
"Jadi, lo selalu mengharapkan kedatangan seseorang yang udah pergi?." Tanya Jovan meneka.
"Mungkin." Jawab Renjana kembali.
"Di dunia ini semuanya fana, begitu juga dengan kehidupan. Dan bodohnya, gue selalu minta buat dia pulang." Lanjutnya dengan santai.
"Gue jadi penasaran deh, wishlist kalian itu sebenernya apa sih?." Tanya Melvin tiba-tiba.
"Kalo gue sih.. Berdamai dengan keadaan." Jawab Renjana.
"Gak punya wishlist, hidup gue monoton soalnya. Yang penting bahagia aja, udah." Ucap Jovan.
"Bahagia dunia akhirat." Celetuk Naka yang mengundang tawa.
"Semua orang juga pengen, Na." Ucap Melvin.
"Ya makanya itu." Sahut Naka.
"Oke lanjut."
"Aneh gak sih kalo gue pengen ngabisin sisa hidup gue bareng kalian?." Tanya Leo tiba-tiba.
"Emang lo gak mau nikah?." Tanya Gevin bingung, yang malah mendapatkan gelengan dari Leo.
"Kenapa?." Tanya Renjana kali ini.
Dengan santainya Leo menjawab. "Males."
"Ya Allah Leo! Hati-hati kalo ngomong." Ucap Naka terkejut.
"Masalahnya, gue gak yakin kalo hidup gue ini bisa sampe ke nikah." Ucap Leo terlewat santai.
"Kenapa gitu?." Tanya Jovan.
"Umur gak ada yang tau. Kata Bang Asa."
"Eum gue yakin nih, yang males nikah itu biasanya baru lulus udah nyebar undangan." Celetuk Renjana yang membuat Leo tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Novela JuvenilKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...