Sesampainya Gevin di Restoran Diana yang menjadi tempat kerjanya dan Harsa. Ia langsung masuk tak lupa mengucapkan salam dan menghadap kepada sang pemilik restoran.
"Langsung ganti baju aja."
"Iya." Lalu Gevin pun menjauh dari hadapan Diana dan langsung menuju toilet untuk mengganti pakaiannya.
Ia bekerja sebagai barista di restoran itu bersama dengan Harsa. Sudah hampir enam tahun ia bekerja di sana, dirinya pun sudah tak segan lagi dengan sosok pemilik restoran itu.
"Mas, saya pesan creamy latte satu."
"Ada lagi?." Tanya Gevin memastikan seraya mencatat pesanan pelanggan pertamanya.
"Enggak, itu aja."
"Baik, silahkan ditunggu.." Ucap Gevin dengan ramah.
Sementara di kost-an, Naka terus mengecek suhu tubuh Harsa yang terus meningkat. Jovan duduk tak jauh dari samping Harsa yang berbaring di tempat tidur, dengan Renjana yang sedang memerat sapu tangan untuk mengompres Harsa.
"Badannya anget, Bang." Ucap Naka pada Melvin yang tengah memijat lengan Harsa.
"Atau kita bawa ke rumah sakit aja?." Tanya Jovan memberi usulan.
Renjana yang sedang sibuk mengompres Harsa pun menoleh dan menatap keempatnya.
"Gue setuju sih. Ini panas banget loh, gue khawatir, serius." Ucapnya.
"Gimana, Bang?." Tanya Naka.
"Yang terbaik aja." Jawab Melvin, dan Jovan pun segera melesat keluar dari kamar itu untuk memanaskan mobil.
"Eungh.." Sebuah lenguhan terdengar dari Harsa.
"Sa.. Ada yang sakit?." Tanya Naka sambil mengusap pipi Harsa.
Tak lama kemudian, Jovan kembali dan langsung mengangkat tubuh Harsa lalu membawanya keluar dari kamar itu.
"Pelan-pelan turunnya." Peringat Melvin ketika melihat Jovan yang menuruni tangga dengan Harsa yang berada di gendongannya.
"Buka." Perintah Jovan ketika sudah sampai didekat mobil, dengan segera Leo langsung membuka pintu mobil itu dan Jovan pun membawa Harsa masuk kedalam mobil.
Melvin duduk di kursi kemudi dan disusul oleh yang lainnya. Tanpa berbicara apapun, Melvin langsung menancap gas agar segera sampai di tempat tujuannya.
•
•
•"Semoga lo baik-baik aja, Sa." Gumam Naka.
Saat ini mereka sedang menunggu keluarnya sang Dokter dari dalam ruangan. Melvin yang terus berjalan kesana-kemari dengan mata yang tak lepas dari pintu ruangan itu, Renjana yang duduk dengan tangan yang terus memijat pangkal hidungnya, Leo yang berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, dan ada Jovan yang sedang mengusap punggung Naka seraya memberi ketenangan, anak itu sedang menangis saat ini.
Tak lama kemudian, ponsel Leo pun berbunyi. "Halo?."
"Leo, di sana baik-baik aja kan? Perasaan gue gak tenang soalnya."
"Bang Asa masuk rumah sakit lagi."
Gevin terkejut ketika mendengar jawaban dari Leo.
"Serius lo?." Tanya Gevin tak tenang.
"Kalo lo mau kesini, gue send location sekarang."
"Iya, gue kesana sekarang." Ucap Gevin panik.
"Lo tenang dulu ya? Bawa motornya yang bener, jangan ngebut."
"Iya, gue tutup ya?."
Tut!

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Teen FictionKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...