"NANA!." Teriak Harsa seraya menuruni tangga, terlihat dari raut wajahnya, sepertinya anak itu sedang bahagia.
"Na!!."
"Gak ada! Nana ke supermarket sama Bang Melvin." Sahut Renjana, lalu Harsa pun akhirnya menghampiri Renjana yang sedang bersantai di ruang tengah bersama yang lain.
"Tumben siang-siang di hari libur gini cerah banget? Biasanya mendung dulu tuh." Celetuk Leo mendelik.
"Gue bingung mau galau apa seneng." Ucap Harsa tiba-tiba.
"Apaan sih? Si Alexa peka?." Tanya Renjana. Alexa adalah seorang gadis yang sudah lama Harsa incar.
"Enggak, bukan dia tapi bokap."
"Hah?!." Keempatnya terkejut mendengar ucapan Harsa, bahkan Jovan langsung mematikan televisi agar bisa mendengar suara Harsa lebih jelas lagi.
"Bokap gue kemarin ngechat, dan enggak gue bales. Terus tadi nelpon, dia minta gue buat balik dulu ke rumah. Katanya ada sesuatu yang harus di bicarain sama gue. Gue jadi mikir yang enggak enggak anjir, takut di jodohin gue." Jelas Harsa.
"Terus?." Tanya Jovan.
"Ya gue belum bilang iya."
"Nanti kita bicarain lagi kalo udah kumpul semua." Ucap Renjana.
"Bicarain apa?." Tanya Naka yang kebetulan sudah pulang dengan Melvin.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Na, Bang. Duduk dulu sini, kita rapat." Lalu keduanya pun duduk dengan karpet sebagai alasnya.
"Jadi gini, gimana Sa?." Tanya Renjana seraya menoleh pada Harsa.
"Bokap gue kemarin ngechat, dan enggak gue bales. Terus tadi nelpon, dia minta gue buat balik dulu ke rumah. Katanya ada sesuatu yang harus di bicarain sama gue. Gue jadi mikir yang enggak enggak anjir, takut di jodohin gue." Jelas Harsa sama persis dengan yang ia jelaskan kepada Renjana dan yang lain.
"Terus lo bilang apa?." Tanya Naka.
"Gue cuman bilang nanti aja, terus gue matiin."
"Gini. Kalo lo mau ketemu sama keluarga lo, silahkan. Kita gak bakal larang lo dan itu emang udah hak lo sebagai anak. Kalo misalnya lo mau kesana, pesan kita cuman satu. Hati-hati." Ucap Melvin yang disetujui kelimanya.
"Iya Bang, nanti kalo misalnya- ini bukan mau berprasangka buruk atau apalah itu. Tapi, kalo ada apa-apa kabarin kita." Sambung Leo.
"Hm. Kita gak mau kalo pas lo pulang, lo malah nangis." Sahut Gevin.
"Kita cuman mau yang terbaik buat lo." Ucap Jovan.
"Kita gak ngelarang kok, itu hak lo." Ucap Naka.
"Iya, dan lo juga pasti kangen kan sama mereka? Ya walaupun keluarga lo kayak gitu, yang namanya masih ada ikatan darah pasti bakal ada rasa kangen. Yang terbaik aja buat lo." Ucap Renjana.
"Makasih semua.. Tapi keluarga gue yang bener-bener keluarga itu cuman kalian." Ungkap Harsa tersenyum getir, terlihat dari matanya, anak itu sudah siap untuk meneteskan air mata.
"Aaa Bang Asa!!." Pekik Leo lalu berhamburan untuk memeluk Harsa.
"Sayang Asa banyak-banyak.."
Lalu keenamnya pun melepaskan Harsa dari dekapannya.
"Jadi gimana?." Tanya Melvin.
"Enggak dulu deh. Gue lupa alamatnya dimana." Jawab Harsa dengan santainya seraya mengusap butiran bening yang berhasil lolos dari kelopaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Teen FictionKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...