20 || Perkara bell.

176 13 0
                                    

"Gimana? Udah dapet jawabannya?." Tanya Jovan ketika melihat Gevin memasuki kamar.

"Udah."

"Apa jawabannya?."

"Kata Bang Nana, telur dulu baru ayam."

"Alasannya?."

"Gak tau, gue malah dikasih materi bang."

"Materi apaan?."

"Ya tentang sejarah. Dia bilang 'Australian Academy of Science menyimpulkan, bahwa telur hewan purba memang ada sebelum ayam, tapi buat telur ayam gak demikian. Jadi kalo ngikutin sejarah atau proses evolusinya, maka telur adalah yang pertama ada sebelum ayam. Jadi jawabannya, telur dulu baru ayam.' Sumpah loh Bang, otak gue langsung muter." Jelas Gevin yang membuat Jovan tertawa.

"Haha kasihan banget Adek gue.. Udah sana tidur, udah dapet jawabannya juga kan? Jadi sekarang lo bisa tidur dengan nyenyak."

"Oke deh! Gue tidur diatas apa dibawah ya? Menurut lo lebih enak dimana?." Tanya Gevin.

"Dibawah kayaknya nyaman." Jawab Jovan seraya membaringkan tubuhnya di kasur bawah dan dengan segera, Gevin menahannya.

"Eehh! Gue mau dibawah." Ucap Gevin.

"Gak jadi deh.. Diatas lebih nyaman." Ucap Jovan lalu kembali bangkit dari kasur bawah.

"Gue diatas!!." Seru Gevin yang membuat Jovan berdecak lalu tersenyum.

"Oke, good night maknae." Ucap Jovan lalu kembali berbaring dan menutup matanya.

"Good night juga Samoyed."

Sementara dikamar 306.

"Siapa, Na?."

"Gevin." Jawab Naka seraya membaringkan tubuhnya diatas kasur.

"Ngapain?."

"Tadi dia nanya, duluan ayam apa telur."

Seketika Harsa terduduk dan menatap Naka penuh kebingungan. "Hah? Terus lo jawabnya apa?."

"Duluan telur."

"Sesimpel itu?." Tanya Harsa heran.

"Enggak, gue kasih dia penjelasan dulu."

"Dianya ngerti?."

"Gak tau, tapi dia bilang ngerti kok."

Harsa mengangguk paham lalu kembali berbaring dan menarik selimut yang Naka berikan padanya beberapa menit lalu. "Ya udah, cepet tidur udah jam sebelas."

"Iya." Lalu Naka pun memejamkan matanya bertepatan dengan Harsa yang sudah tengkurap ditempatnya.

Kamar 305 ini sangatlah damai, terlihat Melvin dan Leo yang sudah tertidur, sedangkan Renjana yang tengah sibuk dengan iPadnya. Malam ini ia sedang berimajinasi untuk karya seninya. Di tataplah bulan yang dikelilingi oleh bintang dan diiringi dengan angin dingin khas malam.

Lalu ia mulai membuat garis sketsa pada iPad yang ia pangku itu ditemani secangkir teh dan bersandar pada dinding jendela dengan senyum tipis yang terukir diwajahnya.

"Aku.. Si pengagum senja yang terjebak diantara gelapnya malam, si pengagum bulan yang gemar menatap mentari, ingin menjadi awan putih namun terpilih menjadi awan mendung, si pengagum terangnya mentari yang terjebak diantara derasnya air hujan, dengan tujuan yang tetap sama, yaitu menunggu datangnya pelangi yang tak tau kapan ia akan tiba." Gumam Renjana lalu menunduk.

Renjana menghembuskan nafasnya perlahan. "Gue sayang sama kalian, gue gak mau kehilangan kalian. Semoga kita akan tetap dan terus bersama. Merjasakalevin akan tetap menjadi tujuh mimpi, gue harap begitu."

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang